ngaderes.com - Sebuah tinta sejarah dimana peran pemuda begitu menjadi kunci dalam status perjuangan pergerakan kemerdekaan serta mempertahankan kemerdekaan negeri kita tercinta, Indonesia.
Berada di antara dua kelemahan serta naungan Janji-Nya, menjadikan api berkobar dalam jiwa setiap insan yang hadir menghidupkan aula—menghidupkan jalanan-jalanan demi Allah dan Rasul-Nya.
Bukan hanya tentang apa yang ada di dalam kalbu, melainkan apa yang dia yakini. Bukan hanya suara kosong yang ia dendangkan, melainkan teriakan-teriakan yang menggentarkan seantero negeri. Dan bukan hanya pergi melangkah menjemput mimpi, melainkan berlari menerjang musuh dan mengobrak-abrik dari luar maupun dalam.
Baca Juga: Ajang G20 Dorong Percepatan Transformasi Digital di Indonesia
Pemuda, yang selalu rindu akan kemenangan, yang selalu rindu akan kejayaan. Kemerdekaan yang ia tuju dan kedamaian yang ia genggam membawanya hanyut ke dalam
jihad fiisabilillah (bersungguh sungguh di jalan Allah) memenangkan negerinya.
Momen sumpah pemuda adalah momen persatuan, dimana semua kepala yang berkumpul
berhasil mencapai mufakat demi tiga kalimat yang ada sampai saat ini dan terdapat di dalam secarik kertas.
Tidak peduli dimana kamu dilahirkan, dimana kamu dibesarkan dan dimana kamu hidup. Selama dalam tubuhmu mengalir darah Indonesia, kita adalah saudara. Kita punya tanah air yang sama.
Tidak peduli di pulau mana kamu dilahirkan, di suku mana kamu dibesarkan, bersama siapa
kamu hidup, selama kamu masih berada di wilayah Indonesia, kita satu bangsa. Sebuah bangsa yang besar karena keberagamannya, yang tidak sanggup diikuti oleh bangsa Eropa sekalipun.
Dengan Bahasa Indonesia, kita dapat bertukar ide, bertukar gagasan, bertukar pemahaman, bertukar pikiran dan budaya antar ras, suku dan agama demi tercapainya kemajuan, tercapainya persatuan, rasa saling mengerti, saling memahami, memaklumi dan toleransi. Itulah sedarah, sebangsa dan sebahasa Indonesia.
Momen perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia oleh teman-teman kita di
Surabaya pada saat itu adalah sebuah momen pembuktian. Pembuktian bahwa auman singa para pemuda tidak dapat dipandang sebelah mata. Dengan semangat Allahu Akbar, sudah lebih dari cukup untuk meyakinkan hati, menyuarakan semangat dan melangkahkan kaki untuk mengangkat senjata melawan bangsa penindas.
Baca Juga: Minimalisir Begal, Pemkot Bandung akan Perbanyak PJU, PJL, dan CCTV
Puluhan ribu pejuang, pemuda yang berjuang yang rela membuang waktu mudanya untuk mempertahankan wilayahnya, ideologinya, dan rakyatnya. Dan sekali lagi, memang
terbukti bahwa Surabaya masih hadir sampai saat ini, masih bertahan, masih berjaya, dan menjadi saksi atas apa-apa yang dilalui para pemudanya kala itu.
Sudah waktunya, sudah saatnya untuk kita yang mengaku atau yang masih saja belum
menyadari pemuda adalah kita, untuk berbenah. Sejenak berhenti dari seluruh kesibukkan akitifitas yang sedang kita kerjakan untuk memikirkan kembali, tentang apa yang sebenarnya kita mau dan apa yang sebenarnya kita tuju atau kita cita-citakan. Karena pada sejatinya, pemuda adalah sosok penggerak yang berani menantang laut dan melawan arus. Semangatnya sulit untuk dimengerti para kaum tua yang selalu memandang kita adalah anak baru lahir.
Jangan sampai semua sejarah itu hanyalah sejarah tanpa sebuah pembaharuan. Mari kita wariskan, kita rebut kembali kejayaan masa lalu untuk kemenangan hari ini, wahai pemuda-pemudi harapan bangsa, yang dapat menjawab semua teriakan mereka yang tertindas.
Artikel Terkait
Menguak Makna Di Balik Tabir Sumpah Pemuda Bersama Prof. Ahmad Mansur Suryanegara
Museum Sumpah Pemuda, Bukti Sejarah Kiprah Pemuda
Peristiwa Pasca Deklarasi Sumpah Pemuda
Catatan Pendek pada Hari Pahlawan