ngaderes.com - Beberapa hari ini, perhatian masyarakat Indonesia tertuju pada berita duka atas wafatnya seorang santri berprestasi bernama Albar Mahdi bin Rusdi (16 tahun). Seperti yang diketahui publik, Albar Mahdi merupakan santri di Pondok Modern Darussalam Gontor (PMDG) Pusat, yang terletak di Desa Gontor, Kecamatan Mlarak, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur.
Peristiwa wafatnya almarhum, disikapi beragam oleh berbagai kalangan. Jika melihat peristiwa ini dari sudut pandang keluarga, termasuk di dalamnya sang ibu, tentu kesedihan mendalam sebagai sosok yang mengandung dan melahirkan serta membesarkan sang anak, tak bisa terbendung.
Garis takdir wafatnya sang anak, dengan segala peristiwa yang membersamai kepergiannya menemui Sang Pemilik dan Pencipta diri manusia, bahkan hingga kini masih dalam penyelidikan pihak kepolisian, akan menjadi fase terberat dalam hidup sang ibu.
Jika ada keadilan yang perlu diperjuangkan untuk sang anak, tentu jalan seterjal apapun akan didaki sang ibu. Itulah bukti kasih dan sayang seorang ibu yang tak pernah habis untuk putra tersayang.
Sudut pandang pihak Pondok
Pondok Modern Darussalam Gontor (PMDG) melalui juru bicara Noor Syahid menyatakan bahwa seluruh santri PMDG (termasuk di dalamnya almarhum Albar Mahdi) adalah anak-anak para Kiai serta anak-anak para jajaran Guru di PMDG.
“Seluruh santri adalah anak-anak kami, amanah dan titipan dari para orang tua untuk kami asuh dan didik. Demikian juga dengan ananda AM. Almarhum adalah anak kami. Wafatnya almarhum karena kasus dugaan penganiayaan adalah duka cita yang mendalam bagi kami,” ujar Noor Syahid dalam pernyataan resminya yang dipublikasi melalui akun instagram resmi PMDG @pondok.modern.gontor pada Selasa (06/090/2022).
Noor Syahid melanjutkan, bahwa hari-hari setelah wafatnya almarhum Albar Mahdi adalah hari penuh kesedihan bagi seluruh Keluarga Besar Pondok Modern Gontor.
Baca Juga: Zooerney Cinta Yatim Indonesia, Graha Dhuafa Indonesia Beri Kebahagiaan Bersama Anak Yatim
“Hari-hari ini adalah “ayyamul huzni” (hari penuh kesedihan) bagi kami seluruh Keluarga Besar Pondok Modern Gontor, bukan hanya bagi orangtua almarhum dan keluarga almarhum, tapi juga bagi pak Kiai, para pengasuh, asatidz (guru-guru), puluhan ribu santri, bahkan seluruh alumni Gontor di manapun berada. Wafatnya almarhum adalah kesedihan bagi kita semua. InsyaAllah almarhum wafat sebagai syahid fii sabilillah,” tutur Noor Syahid.
Hikmah Peristiwa
Di balik proses hukum yang saat ini tengah berlangsung berkaitan dengan peristiwa ini, sebagai pihak yang berada di luar peristiwa, pihak yang menggunakan kacamata dari sudut pandang masyarakat awam, tentu ada pelajaran dan hikmah yang bisa kita pikirkan dan pelajari bersama.
Salah satu pelajaran yang bisa kita ambil dari peristiwa ini yaitu, potensi tindak kekerasan bisa saja terjadi di mana-mana, bahkan di tempat yang dinilai paling aman sekalipun. Namun potensi tindak kekerasan tersebut beragam tingkatanya.
Artikel Terkait
Gubernur Jawa Timur Khofifah Menilai RS Yasyfin Gontor Sempurnakan Indeks Pembangunan Manusia
Ilkom UNIDA Gontor Gelar Seminar NasionalĀ soal 'Terkenal di Jalan yang Benar'
Belajar Teori Kepemimpinan dari Sistem Pondok Modern Darussalam GontorĀ
Masjid Al Ikhtiar Gontor Gelar Sholat Idul Adha dengan Khusyuk