ngaderes.com - Terkadang, manusia punya rasa ingin dapat kebebasan. Hidup tanpa batasan-batasan. Tanpa aturan, yang dianggap mengekang.
Padahal negara yang mengususng prinsip kebebasan (liberty) sekalipun, tak pernah benar-benar berniat menjalankan pemerintahan tanpa aturan.
Maka sejatinya batasan-batasan yang ditetapkan Tuhan pun adalah demi kebaikan manusia. Namun sering kali, manusia justru menolak kebaikan itu, karena ia tak tahu, karena ia tak paham tentang kebaikan apa yang akan ia dapat jika taat pada batasan. Tidak melampui batas.
Baca Juga: Kisah Hakim bin Hazam, Sahabat Nabi Satu-Satunya yang Lahir di Kakbah
Analogi batasan yang sering kita temui dalam lingkungan sehari-hari, diantaranya:
1. Batas Wilayah
Seperti yang kita ketahui, ada batas wilayah yang memisahkan dan mengatur satu wilayah dengan wilayah lainnya. Misalnya, batas wilayah antara desa, kecamatan, kota/kabupaten, provinsi bahkan hingga batas negara.
Wilayah saja, manusia berikan batasan, tentu ada kebaikan yang ingin dicapai. Apalagi sebesar urusan aturan hidup manusia, pasti Tuhan tetapkan batasan-batasan agar manusia hidup nyaman sesuai ridho Tuhan. Allah SWT.
Artikel Terkait
Bagian 1: Antitesis Kecerdasan, Cerdas dan Bodoh Versi Allah SWT Versus Versi Manusia
Bagian 2: Antitesis Kecerdasan, Berat untuk Move On dari Kesyirikan
Bagian 3:Antitesis Kecerdasan, Distrust atau Rasa Ketidakpercayaan Terhadap Kepemimpinan Islam dan Rasullullah
Bagian 4: Antitesis Kecerdasan, Memilih Rule of Life yang Bukan Berasal dari Creator of Life?
Hati-hati Kebebasan Fashion dan Lifestyle Bisa Membawa pada Kebodohan! (Antitesis Kecerdasan Bagian Kelima)
Antitesis Kecerdasan Bagian 6 : Ini Varian Kebodohan Berikutnya, Menyerah pada Konspirasi Nafsu Terendah