ngaderes.com - Pandemi Covid-19 mulai mewabah di Indonesia sejak pertengahan tahun 2020. Tepatnya saat pemerintah resmi mengumumkan penemuan kasus pasien Covid-19 pertama di Indonesia.
Dikutip dari laman Indonesia.go.id, temuan kasus Covid-19 pertama di Indonesia itu disampaikan langsung oleh Presiden Joko Widodo, Senin (2/3/2020), di Jakarta.
Hingga karya tulis ini dituliskan, Februari 2022 pandemi Covid-19 belum sudi beranjak dari bumi Indonesia. Kondisi tersebut tentu memengaruhi beragam aktivitas masyarakat, termasuk aktivitas wartawan dalam kegiatan Jurnalistik sehari-hari.
Baca Juga: Tata Cara Sholat Dhuha Lengkap : Bacaan Niat, Doa dan Artinya
Beragam penyesuaian situasi dan kondisi di masa pandemi Covid-19, menjadi beban tambahan sekaligus tantangan bagi para wartawan dalam menunaikan tugas jurnalistik harian. Diantaranya, penyesuaian saat liputan di lapangan.
Di kondisi normal, para wartawan bebas melakukan liputan tanpa ada pembatasan aktivitas. Berkerumun dalam mencari bahan berita hingga menemui banyak narasumber, sudah menjadi tabiat biasa. Tidak ada rasa takut tertular Covid-19, ataupun menularkannya pada orang sekitar.
Namun, saat pandemi Covid-19 mewabah, wartawan seolah kehilangan kebebasan untuk menemui narasumber dan melakukan wawancara langsung. Rasa was was kerap menghantui tatkala wartawan harus mencari bahan berita di tempat kerumunan massa ataupun kerumunan sesama wartawan.
Bukan hanya diri yang dikhawatirkan, namun juga keluarga di rumah. Dengan segala rasa takut dan gelisah yang berkecamuk, para wartawan tetap gigih bekerja secara profesional.
Kerja profesional, kreatif dan inovatif para wartawan di tengah pandemi Covid-19 bisa dilihat dari salah satu gerakan yang dilakukan oleh Ketua Jurnalis Bencana dan Krisis (JBK) Indonesia, Ahmad Arif.
Artikel Terkait
Vaksin Dosis 3 Sudah Dimulai dan Berikut Kesiapan Pemerintah Hadapi Covid-19 Varian Omicron
Kasus Covid-19 di Indonesia Kembali Meningkat, Bagaimana Sebaiknya Sikap Seorang Muslim?