Tantangan Pers di Era Digital

- Senin, 1 Februari 2021 | 08:24 WIB
IMG20201208103153
IMG20201208103153

Ditulis oleh : Moh. Jefri As-shauri (Peserta lomba karya tulis jurnalistik 2021) Opini - Di zaman serba modern seperti sekarang ini, masyarakat semakin dimudahkan dengan hadirnya teknologi digital, gawai dan internet menjadi hal wajib bagi masyarakat utamanya kaum millenial. Kebutuhan akan akses informasi yang semakin meningkat membuat pers ataupun media massa memutar otak menemukan cara agar tetap eksis. Jika sebelumnya perusahaan media massa hanya memainkan satu saluran, misal hanya mencetak surat kabar saja, maka sekarang mau tidak mau harus menyajikan konten daring untuk menarik minat masyarakat yang sebagian besar adalah kaum millenial. media online di era digital memegang peran besar dalam pers nasional dewasa ini. Tidak hanya karena jumlahnya, tetapi dampak terhadap publik juga sangat luas. Ketua Dewan pers 2016-2019 Yosep Adi Prasetyo memperkirakan jumlah media massa di Indonesia mencapai 47.000 media diantaranya media online mencapai 43.300. Kemudian sekitar 2.000 sampai 3.000 merupakan media cetak dan sisanya adalah media radio dan televisi. Jika angka ini dijadikan sandaran dalam memetakan media online di Indonesia, maka betapa besarnya media online ini.

pers media online di Era digital

Di era digital, media online menjadi salah satu sandaran hidup bagi sebagian orang. Walaupun diantara insan pers atau para pelaku media ini kadang-kadang tidak memiliki latar belakang jurnalis profesional. Jika demikian, maka media online perlu berbenah. Sebab bukan faktor ekonomi saja yang mesti didahulukan, namun juga faktor profesionalisme sebagai media yang ingin memberi dan mendidik masyarakat dengan beragam informasi. Jika hanya faktor ekonomi sebagai tujuan utama menjamurnya media online, maka peran yang diharapkan kepada media online sebagai bagian dari pers nasional sulit dicapai. Mengacu kepada UU No 40 tahun 1999 tentang pers, maka peran yang harus dimainkan media adalah sebagai penyebar informasi, pendidik, hiburan dan kontrol sosial. Jika fungsi-fungsi tersebut tidak dijalankan dengan baik oleh media online, bisa jadi kehadirannya justru memberikan dampak negatif. Padahal, media apapun harus bisa mencerdaskan masyarakat sekaligus mampu mengungkap banyak kasus penyimpangan yang dilakukan oleh penyelenggara pemerintahan. Sebaliknya, publik bisa makin bingung apabila media online hanya mengejar target ekonomi. Dalam kondisi seperti itu, konten yang ditawarkan hanya mengikuti selera pemesan informasi, tidak menampilkan produk jurnalistik yang profesional. Jika kemunculan media online hanya didorong oleh motif ekonomi yang lebih dominan, maka informasi yang disuguhkan semata-mata demi mengejar jumlah pengunjung, rating dan mencapai klik sebanyak-banyaknya. Jika ini banyak dilakukan puluhan ribu situs, maka media online hanya menjadi penyebar berita dan informasi yang tidak bermutu bahkan bisa jadi tidak bermanfaat.

Tantangan pers Hari Ini

Memerangi hoax atau berita bohong yang banyak bertebaran menjadi tantangan bagi pers dewasa ini. Untuk memerangi hal tersebut, maka setiap berita ataupun informasi yang dihasilkan oleh lembaga pers harus meneduhkan dan tidak memprovokasi. Informasi yang diberikan harus jelas sumbernya, narasumbernya harus kredibel, dan juga kedepannya wartawan harus mampu meningkatkan kualitas dirinya agar bisa menyesuaikan diri sesuai perkembangan zaman. Jangan hanya bersaing menjadi yang paling cepat menaikkan berita. Wartawan harus bekerja berdasarkan Kode Etik Jurnalistik, dengan menjadikan verifikası sebagai hal yang utama. Selain memerangi hoax, tantangan pers di era digital saat ini adalah membentuk wartawan yang profesional yang tidak hanya sekedar menyajikan berita kepada masyarakat secara cepat tapi juga tepat dan akurat. Untuk membentuk wartawan yang profesional dibutuhkan tiga hal mendasar yaitu:

Keahlian

Seorang jurnalis atau wartawan dikatakan profesional, jika memiliki keahlian mendalam berkaitan dengan pengetahuan teoretis tentang ilmu jurnalistik. Selain itu, informasi yang disajikan haruslah dipahami oleh masyarakat, sehingga tidak menimbulkan kebingungan dan salah tafsir. Keahlian seorang jurnalis atau wartawan akan teruji, ketika informasi yang didapat disederhanakan dengan kata-kalimat dan dipadukan dengan peristiwa, sehingga menjadi berita yang akurat dan terpercaya.

Keterampilan

Berkaitan dengan keterampilan, seorang wartawan dituntut untuk terampil dalam meliput informasi, mengolah informasi dan menyajikan informasi tanpa menggeser sedikitpun substansi sebuah peristiwa sebagai informasi. Di sini, seorang wartawan dituntut untuk harus banyak belajar melalui pelatihan-pelatihan yang diselenggarakan secara khusus oleh lembaga-lembaga jurnalistik.

Komitmen pribadi yang mendalam

Tidaklah cukup seorang wartawan hanya dengan keahlian dan keterampilan. Tetapi lebih dari itu, seorang wartawan dituntut untuk memiliki komitmen pribadi yang mendalam untuk menerapkan kode etik wartawan. Seorang wartawan dengan komitmen pribadi yang mendalam, ia sadar bahwa apa yang dilakukannya adalah demi tugas luhurnya sehingga masyarakat dapat mengakses informasi yang benar dan terpercaya. Editor: Intan Resika

Editor: Redaksi

Tags

Terkini

Setruman Negatif Media Sosial Terhadap Mental Remaja

Minggu, 5 Februari 2023 | 12:00 WIB

Peran Kekayaan Intelektual Terhadap Ekonomi Indonesia

Senin, 23 Januari 2023 | 14:10 WIB

Mahasiswa Keren Sebagai Agen Perubahan

Minggu, 1 Januari 2023 | 16:33 WIB

Berjuang Kawan! Sejuta Harapan Menantimu

Minggu, 25 September 2022 | 15:00 WIB
X