Media sosial sangat mudah diakses melalui smartphone sambil menunggu kereta api, di bus atau di fasilitas umum, sifatnya dimana saja dan kapan saja kita bisa mengakses dengan mudah informasi yang hadir di dunia maya.
Istilah media sosial tersusun dari dua kata, yakni "media" dan "sosial". Media diartikan sebagai alat komunikasi (Laughey,2007; McQuail,2003). Sedangkan kata "sosial" diartikan sebagai kenyataan sosial bahwa setiap individual melakukan aksi yang memberikan kontribusi kepada masyarakat. Pernyataan ini menegaskan bahwa pada kenyataan, media dan semua perangkat lunak merupakan "sosial" atau bahwa keduanya merupakan produk dari proses sosial (Duriheim dalam Fuchs, 2014)
Namun, dengan sejalan kemudahan yang ditawarkan oleh media sosial, pengguna di resahkan dengan penyebaran hoax, berita yang belum jelas kebenarannya.
Solusi dari hoax tersebut berbagai himbauan dari aktivis, pemerintah hingga praktisi di galakkan, melalui artikel yang dimuat di media cetak (koran) serta himbauan dari KPI (Komisi Penyiaran Indonesia) melalui media sosial. Tujuannya agar masyarakat kita bisa membedakan mana berita hoax atau fakta.
Berikut cara melaporkan berita atau informasi hoax:
Apabila menjumpai inormasi hoax, lalu bagaimana cara untuk mencegah agar tidak tersebar. Pengguna internet bisa melaporkan hoax tersebut melalui sarana yang tersedia di masing-masing media.
Untuk media sosialFacebook, gunakan fitur report status dan kategorikan informasi hoax sebagai hatespeech/harrasment/rude/threatening, atau kategori lain yang sesuai. Jika ada banyak aduan dari nitizen biasanya Facebook akan menghapus status tersebut.
Untuk google, bisa menggunakan fitur feedback untuk melaporkan situs dari hasil pencarian apabila mengandung informasi palsu. Twitter meliliki fitur report tweet untuk melaporkan tweet yang negatif, demikian juga dengan instagram.
Kemudian, bagi pengguna internet anda dapat mengadukan konten negatif ke Kementerian Komunikasi dan Informatika (KEMENKOMINFO) dengan melayangkan e-mail ke alamat aduankonten@mail.kominfo.go.id.
Masyarakat Indonesia Anti hoax juga menyediakan laman data.turnbackhoax.id untuk menampung aduan hoax dari nitizen. turnbackHoax sekaligus berfugsi sebagai database berisi referensi berita hoax.
Dalam Penelitian yang di lakukan Christiany Judith dengan judul CommunicationInteractivity in Social Media and Anticipation, menghasilkan tiga pendekatan penting untuk mengantisipasi penyebaran hoax di masyarakat yaitu pendekatan kelembagaan, teknologi dan literasi.
Pendekatan kelembagaan dengan terus menggalakkan komunitas anti hoax.
Pendekatan teknologi dengan aplikasi cheker yang bisa digunakan oleh masyarakat untuk mengecek kebenaran berita yang berindikasi hoax.
Pendekatan literasi, dengan gerakan anti hoax maupun sosialisasi kepada masyarakat mulai dari sekolah hingga masyarakat umum yang ditingkatkan dan digalakkan, bukan saja oleh pemerintah tetapi juga oleh lapisan masyarakat termasuk institusi-institusi non pemerintah lainnya termasuki diri sendiri. Dikaji dari studi kelas sosial, gelembung medsos tersebut mencerminkan gelembung “offline” sehari-hari.
Oleh karena itu, kita sebagai masyarakat menggunakan media sosial diharapkan atau dibiasakan dengan mengecek kebenaran dari berita tersebut.
Mengingat sekarang ini marak berita hoax tentang tema yang beragam, kita dituntut untuk cerdas dalam menanggapi berita yang ada di media sosial. Jangan sampai sebagai pengguna media sosial termakan dengan berita yang mengandung hoax, perpecahan dan persepsi mengenai hal negatif akan memancing pengguna untuk marah tanpa tahu kebenaran isi berita tersebut. Satu lagi, kecepatan dan sifat medsos yang mudah dibagikan (shareability), berperan dalam penyebaran berita.
