Dilarang Berlebih! Tapi Salah Sasaran

- Selasa, 16 Juli 2019 | 10:40 WIB
IMG-20190718-WA0011
IMG-20190718-WA0011

Oleh Reskha Handayani, S. Si Kasus hipertensi pernah menjadi topik hangat di tahun 2006 sebagai salah satu pemicu kematian mendadak di beberapa negara seperti Amerika dan Eropa. Salah satu yang peling berperan menimbulkan hipertensi adalah garam. Berdasarkan salah satu tulisan Eliott dan Brown yang disusun untuk naskah diskusi dalam Forum dan Diskusi tentang Pengurangan Konsumsi Garam di Masyarakat tahun 2007, diketahui bahwa konsumsi maksimal garam oleh orang dewasa berkisar 1500 miligram/hari atau sekitar seujung sendok makan. Sayangnya, jarang sekali orang-orang terutama penduduk Asia yang mampu mengonsumsi garam dalam kadar yang disarankan.

Garam Sebagai Penyedap Rasa di Berbagai Negara

Dalam berbagai Budaya seperti makanan Jepang, orang-orang terbiasa menambahkan garam pada miso dan acar yang dikonsumsi. Di Indonesia, makanan padang yang merupakan kesukaan banyak orang memiliki kandungan garam yang tentunya tidak sedikit.Tetapi jika kita menilik lebih dalam hingga ke komposisi mineral yang dikandung oleh garam, kita akan menemukan kontroversi atas larangan konsumsi garam berlebih. Di Jepang, terdapat ribuan jenis garam berdasarkan kandungan senyawa kimia, proses pengolahan, hingga tekstur yang mempengaruhi rasa. Pembahasan kali ini akan spesifik kepada tiga jenis garam, yaitu moshio, garam dari Jepang, garam himalaya, dari pegunungan Himalaya, dan garam dapur yang sudah terindustrialisasi di berbagai wilayah. Moshio adalah garam yang terbentuk dari rumput laut. Masyarakat Jepang mengumpulkan air laut ke dalam tong-tong besar, kemudian merebusnya hingga menghasilkan kristal garam di bagian bawah tong. Hal ini dilakukan para leluhur, karena iklim Jepang yang terlalu lembab untuk menjemur garam di udara terbuka. Tetapi, saat ini produksi garam di Jepang sudah menggunakan teknologi yang lebih modern yaitu penukar ion untuk membuat garam pekat yang kemudian dimasukkan ke dalam panci vakum untuk mendidihkannya. Produksi garam di Jepang dikelola oleh pemerintah, sebagai salah satu cara untuk menjaga kestabilan pasokan garam di negeri Sakura ini. Setiap ons moshio mengandung 37.2 gram natrium, kalsium 358 miligram, kalium 552 mg, magnesium 826 miligram, dan iodin 0.14 miligram. Karena tubuh hanya membutuhkan sekitar 1500 mg/hari dari kadar natrium yang terkandung dalam garam, berarti jika mengonsumsi moshio kita membutuhkan 4 gram atau sekitar satu sendok makan yang tidak menggunung dalam satu hari. Pengetahuan akan kandungan kimiawi dari bahan makanan yang kita gunakan akan membantu kita menghitung jumlah bahan-bahan yang kita masukkan ke dalam tubuh, tidak berlebih dan tidak kekurangan. Jenis garam lainnya yang banyak diperbincangkan saat ini ialah garam Himalaya. Warna merah jambu yang khas dari garam asal Pakistan ini berasal dari campuran mineral-mineral yang masih sangat murni. Tidak hanya digunakan sebagai bumbu masakan, tetapi garam Himalaya juga dapat digunakan dalam perawatan spa, lampu dekoratif, bahkan ramuan obat herbal. Tingkat kemurnian garam himalaya dipengaruhi oleh kondisinya yang berada di dalam gunung Himalaya, terlindung oleh salju, es, bahkan lava yang membuat jenis garam ini tidak tersentuh oleh polusi selama jutaan tahun. Garam ini mengandung 85% Natrium Klorida dan mengandung lebih dari 80 mineral. Mineral-mineral ini dapat menyeimbangkan kadar keasaman di lambung, mengatur keseimbangan kadar air dalam tubuh, membantu penyerapan nutrisi, mencegah kram otot, dan tentunya membuang racun dari dalam tubuh. Menurut Foods and Drugs Admission, pada tubuh normal memiliki batas toleransi kandungan garam hingga 2500 miligram, berarti jika tubuh yang sehat mengonsumsi garam, garam Himalaya menjadi salah satu pilihan baik untuk tubuh. Jika kedua jenis garam diatas masih tinggi campuran mineral lainnya, berbeda dengan garam dapur yang dengan mudah ditemukan di pasar ataupun supermarket. Garam dapur ini diproduksi dengan tingkat kemurnian tinggi, sehingga kandungan natrium klorida mencapai 99%, sementara kandungan mineral baik lain yang dibutuhkan tubuh seperti magnesium, kalium, dan kalsium yang berperan untuk mendukung proses kerja enzim di dalam tubuh sudah hampir tidak ada.

Konsumsi Garam Secukupnya

Hal inilah yang kemudian menjadi isu besar bagi orang-orang yang gemar mengonsumsi makanan dengan kandungan garam yang banyak yaitu makanan mengandung garam akan berpotensi menimbulkan penyakit hipertensi, serangan jantung, dan sebagainya. Padahal, menghindari garam 100% juga tidak baik, tergantung dengan jenis garam yang dikonsumi. Tubuh membutuhkan mineral yang terkandung dalam garam seperti Magnesium, Kalium, Kalsium dan banyak lagi mineral lain untuk membantu proses metabolisme tubuh. Maka dari itu, dalam memilih bahan-bahan yang akan dikonsumsi, kita haruslah menelaah hingga ke bagian terkecil seperti kandungan mineral atau senyawa kimia yang terdapat di suatu bahan makanan. Sehingga kita tidak salah langkah dengan mengira sudah sehat padahal ternyata kekurangan nutrisi. Cerdas dimulai dari dapur pribadi! Editor : Nia Yuniati

Editor: Redaksi

Tags

Terkini

Setruman Negatif Media Sosial Terhadap Mental Remaja

Minggu, 5 Februari 2023 | 12:00 WIB

Peran Kekayaan Intelektual Terhadap Ekonomi Indonesia

Senin, 23 Januari 2023 | 14:10 WIB

Mahasiswa Keren Sebagai Agen Perubahan

Minggu, 1 Januari 2023 | 16:33 WIB

Berjuang Kawan! Sejuta Harapan Menantimu

Minggu, 25 September 2022 | 15:00 WIB
X