• Kamis, 28 September 2023

Mimesis dalam Literasi

- Minggu, 7 Juli 2019 | 12:52 WIB
IMG_20190707_194938
IMG_20190707_194938

Oleh Roni Tabroni Ada potensi besar di kalangan anak muda hari ini yang disebut milenial. Ketika dituduh hidupnya inividualis, sesungguhnya mereka menyimpan potensi besar. Persoalannya kini hanya tentang bagaimana lingkungan mereka bisa menyalurkan potensi dan bagaimana menggalinya. Milenial memiliki tingkat kepedulian sosial sangat tinggi. Komunitas-komunitas sosial yang berbasis filantropis dan aksi kemanusiaan lainnya banyak dirintis oleh milenial. Kegiatan bisnis dan edukasi pun didasarkan pada persoalan riil di lapangan. Mereka sangat tahu apa yang harus dilakukannya. Mereka tahu kapan harus menyendiri dan kapan harus bersosialisasi. Potensi mereka banyak disalurkan pada kegiatan-kegiatan yang berbasis pada minat-bakat serta aktivitas kerelawanan tanpa sekat. Walaupun masih ada organisasi-organisasi mapan seperti Organisasi Remaja dan Kepemudaan, namun secara umum kaum milenial lebih gandrung dengan lembaga tanpa bentuk, tidak suka lembaga yang rigid dan berbasis struktur dengan tingkat birokrasi sangat kaku. Karenanya, mereka lebih memilih komunitas dan organisasi tanpa bentuk lainnya. Generasi milenial akan bersatu dalam forum dan ikatan berbasis pada hobi dan peminatan yang sama. Bahkan untuk beberapa keperluan mereka pun tidak butuh ikatan kelembagaan. Kegiatan-kegiatan sosial akan mengikat minat mereka walaupun tanpa status. Kaum muda ini akan bergerak langsung ke poinnya tanpa harus ba-bi-bu. Aktivitas pengajian yang dikenal dengan pemuda hijrah, tidak digerakan oleh organisasi kepemudaan atau ormas mapan. Mereka bergerak berdasarkan kesadaran spiritualnya walaupun tidak harus menjadi anggota. Pun begitulah mereka dalam aktivitas literasi. Sebagai bentuk jawaban atas kehawatiran minimnya tingkat baca di kalangan muda, kaum milenial membentuk komunitas-komunitas literasi dengan beragam nama dan karakteristiknya. Tanpa ada yang mengomando, mereka bergerak dalam senyap, saling memberikan edukasi dengan sesamanya.
-
Tetapi yang justru menjadi persoalan kini bukan datang dari kaum milenial sendiri, melainkan dari orang tua. Gerakan literasi anak muda membutuhkan contoh. Kalau mahasiswa rajin baca maka dosennya harus rajin baca. Siswa juga akan melihat gurunya, anak melihat orang tuanya, generasi muda akan melihat generasi tuanya. Dalam Paideia, Platon menjelaskan pentingnya proses mimesis dalam pendidikan. Bahwa mencontoh atau proses imitasi merupakan bagian dari metode pendidikan. Selain membaca dan menulis, anak muda juga akan melakukan apa yang dilakukan orang dewasa. Ketika negara mendoktrinkan agar pentingnya menjaga alam, mereka sendiri mengeksploitasinya. Ketika remaja dan mahasiswa diajak ke Citarum untuk bersih-bersih sungai, tetapi negara "menjual" kebijakan di bagian atas untuk bangunan mewah, wisata dan perkebunan. Kekayaan alam pinjaman dari anak cucu dieksploitasi orang dewasa yang berduit dan punya kekuasaan. Dampaknya berupa banjir berturut-turut yang mengancam hidup dan harapan generasi muda. Ketika literasi lingkungan dihembuskan, orang tua memberikan contoh yang tidak baik. Ketika anak muda disuruh membaca, negara sibuk membuat taman. Ketika pelajar dikenalkan pada pentingnya air bersih, tetapi sumber serapannya diubah menjadi beton dan gedung mewah. Literasi bagian dari proses pendidikan bagi manusia. Sayangnya literasi dibatasi pada kegiatan baca-tulis. Seolah-olah berbagai persoalan sosial yang terjadi terpisah dari kegiatan ini. Padahal literasi sangat terintegrasi dengan dinamika kehidupan lainnya. Kegiatan literasi juga bukan hanya meningkatkan wawasan, tetapi juga harus mengasah jiwa, membangun kepekaan kemanusiaan dan lingkungan. Karena kecerdasan terpisah dari jiwa, maka semakin tinggi pendidikan, semakin tahu bagaimana cara merusak alam, bagaimana menjual kebijakan, cara mencuri uang rakyat, dan bagaimana menipu orang banyak. Sesungguhnya kegiatan literasi menghendaki harmoni, sebab yang dibaca bukan hanya teks tetapi cuka semesta. Gerakan literasi harus dilakukan secara terintegrasi. Menjadi aksi lintas generasi. Selain menyuruh, orang tua juga wajib memberikan contoh yang baik. Negara membuat kebijakan yang pro terhadap kemanusiaan dan lingkungan. Orang dewasa memberikan fasilitas dan motivasi. Generasi muda akan lebih hebat jika semua pihak memahami tentang arti penting kolaborasi dalam dunia literasi. Editor : Nia Yuniati

Editor: Administrator

Tags

Terkini

Menguak Makna di Balik Perubahan Logo Twitter

Sabtu, 2 September 2023 | 20:55 WIB

Mengenal Dasar-dasar SEO dan Cara Kerjanya

Sabtu, 22 Juli 2023 | 11:00 WIB
X