ngaderes.com - Kondisi pembakaran Al Quran, penghinaan terhadap Nabi Muhammad SAW dalam bentuk gambar yang kerap kali terjadi berulang, menimbulkan pertanyaan. Mengapa tindakan ini tetap harus dilakukan?
Terlepas dari motif oknum tersebut. Jika diliat dari apa yang menjadi motif lain dari provokasi, yakni adanya peningkatan jumlah muslim yang bertambah di wilayah Barat.
Pembakaran Al Quran lalu pembuatan gambar sosok Nabi Muhammad SAW ini perlu dilestarikan karena adanya ancaman jumlah populasi muslim yang bertambah.
Di negara Inggris wilayah Barat lainnya, penggunaan nama Muhammad menjadi nama pertama tertinggi yang dipakai pada setiap kelahiran anak-anak disana. Ini menandakan bahwa banyak orang tua muslim yang melahirkan anak muslim baik dari warga asli atau imigran muslim. Ini menunjukan jika pertumbuhan Islam menjadi tinggi.
Baca Juga: Kisah Salman Al Farisi dan Abu Darda yang Mengesankan
Bisa jadi untuk alasan ini, maka untuk meredam pertumbuhan ini, islamphobia dengan berbagai kemasan tindakan perlu tetap dilestarikan, termasuk dengan upaya meyulut kemarahan umat Islam dengan melakukan pembaran Al Quran dan penghinaan lain agar memunculkan citra yang tidak baik kepada khalayak.
Namun apa benar jika tindakan ini hanya dikarenakan oknum saja tanpa ada campur tangan legalitas dari wilayah setempat? Sampai akhirnya isu ini mencuat hingga melintasi negara?
Yang pasti, pada masa Rasulullah pun kejadian mengenai provokasi pun setidaknya tercatat dalam sejarah ada dua kali. Namun saya hanya akan mengambil satu contoh dari kejadian tersebut, seperti kejadian yang dicatat dalam Sirah Nabawiyyah.
Sikap seorang muslim saat Nabi Muhammad SAW dihina dalam sejarah
Ketika itu tokoh Abdullah bin Ubay bin Salul dikirimi surat oleh Kaum Quraisy yang ketika itu masih dalam kesyirikan. Isi suratnya meminta Abdullah bin Ubay bin Salul untuk memerangi Nabi Muhammad SAW dengan alasan ia ancaman penyerangan terhadapnya.
Surat itu berisi “ Sesungguhnya kalian telah memberikan perlindungan kepada teman kami (maksudnya Nabi Muhammad SAW; Dan sesungguhnya kami bersumpah atas nama Allah; hendaklah kalian memeranginya atau mengusirnya, jika tidak maka kami secara keseluruhan akan menyerang kalian hingga kami berhasil membunuh pasukan kalian dan menghalalkan wanita-wanita kalian”.
Ketika mendapatkan surat tersebut Abdullah bin Ubay bin Salul langsung melaksanakan isi surat itu karena memang dia menyimpaN kedengkian terhadap Nabi Muhammad SAW karena dianggap telah merampas kerajaannya.
Dan ketika berita itu sampai kepada Rasulullah melalui Abdurrahman bin Ka’ab. Menanggapi ini, Rasulullah Muhammad SAW berkata “Sesungguhnya ancaman kaum Quraisy terhadap kalian sangatlah menakutkan, namun tidaklah tipudaya yang direncanakannya terhadap kalian lebih besar daripada tipu daya yang ingin kalian timpakan terhadap diri kalian sendiri, dimana kalian ingin memerangi anak-anak dan saudara-saudara kalian sendiri”.
Demikian provokasi yang dilakukan bangsa Quraisy saat nabi Muhammad sedang melaksanakan tugasnya berdakwah.
Berbagai provokasi dan ancaman terus ditujukan kepada Rasulullah agar Islam tidak menyebar ke jazirah Arab dan semakin banyak penganut muslim pada saat itu.
Tidak hanya sampai disana, setiap ada kesempatan, saat itu pula umpan diluncurkan. tidak ada satu kesempatan pun yang ia lewatkan sampai dia mengajak orang Yahudi bergabung dengannya guna mendukung dan terus melakukan provokasi terhadap Nabi Muhammad SAW dan kaum muslimin.
Di masa kekhalifahan pun umpan atau provokasi masih terjadi, segelintir orang - orang di Prancis ketika itu mementaskan teater tentang Rasulullah Muhammad. Maka sikap Abdul Hamid II sebagai sultan ke 34 dari masa ke Khalifahan Ustmaniyah (31 Agustus 1876 – 27 April 1909) merespon ini dengan mengeluarkan ultimatum.
Artikel Terkait
Masjid Nasional Al Akbar Surabaya, Sejarahnya Dulu Hingga Kini Punya Taman Asmaul Husna
Motif Dibalik Pembakaran Al Quran dan Penghinaan terhadap Nabi Muhammad SAW (Bagian 1)
Hikmah Perjalanan Nabi Musa di Majma’al Bahrain