ngaderes.com - Masih lekat dalam ingatan muslim, pada beberapa momet penghinaan dan penistaan terhadap Nabi Muhammad SAW kerap terjadi. Sama halnya dengan yang terjadi pada bulan Januari lalu (2023), muslim kembali digemparkan oleh seorang warga Swedia yang notabene politisi membakar Al Quran didepan Kedubes Turki. Beliau membuat postingan yang menjelekan Nabi Muhammad SAW dan melakukan penghinaan terhadap Islam.
Kondisi diatas memang seolah tiada berakhir dan kembali berulang. Lantas, apa sebenarnya motif dibalik tindakan penghinaan terhadap Rasul Muhammad dan Islam ini?.
Sebagian besar pelaku yang melakukan penghinaan terhadap Nabi Muhammad ini mengatasnamakan HAM untuk membenarkan tindakan mereka. Atas nama kebebasan, mereka melakukan tindakan tersebut. Namun ketika berbicara tentang hak asasi manusia, mereka tidak memikirkan bahwa ada hak-hak muslim juga yang ingin memiliki ketenangan dalam beragama.
Baca Juga: Kajian Ramadhan Singkat: Cara Menghindari Ghibah Selama Ramadhan
HAM ini menjadi sebuah alat yang dijadikan oleh negara-negara katanya modern, berintelektual tinggi untuk melakukan sesuatu yang terlarang, melakukan sesuatu yang menyerang orang lain dalam hal ini menghina Nabi Muhammad SAW.
Apakah tindakan membakar Al Quran sedemikian perlu dilakukan dengan sebegitu menarik perhatian? Bukankah kalau kita tidak menyukai dan ridho dengan suatu perkara, kita tinggal tinggalkan saja perkara ini? Kenapa harus dibakar?
Umumnya respon yang muncul, saat seseorang tidak sependapat tentang isi kita atau buku, lebih baik jangan membeli buku tersebut. Dan tidak perlu repot-repot untuk membeli lalu membakar buku tersebut. Seandainya terjadi salah paham pun, mengapa tidak mereka mencoba untuk mengajak berdiskusi atau menyampaikan perkara-perkara tersebut dalam suatu forum.
Diluar solusi diatas, lain halnya jika yang diinginkan adalah provokasi. Hal ini bisa saja menjadi motif yang dilakukan pelaku. Karena si pelaku tau, umat Islam sangat mencintai Nabi, Al Quran dan agamanya. Umat Islam tidak akan diam begitu saja saat ada seseorang yang menghina salahsatunya. Sekalipun misalnya orang-orang muslim walaupun mereka tidak taat, imannya pas-pasan seperti saya. Pasti merasa tidak rela, merasa tidak bisa berdiam diri ketika nabi itu dihina. Kita pasti akan merasa tidak suka bahkan bisa jadi kita akan mengerahkan segalanya untuk membuat penghinaan itu hilang.
Baca Juga: Ide Mengolah Buah untuk Sahur, Menambah Vitamin Selama Berpuasa
Padahal dia sudah tahu di dalam Islam, sudah berkali-kali terjadi sudah berkali-kali juga disampaikan bahwa nabi itu tidak layak untuk digambar, nabi itu tidak layak untuk diserupakan, nabi itu tidak layak untuk dikisahkan buruk.
Sebenarnya dia sudah tahu bahwa ada orang-orang muslim yang benar-benar menghargai nabinya, yang benar-benar serius mencintai Nabinya. Justru karena dia tahu bahwa Nabi Ini adalah benar-benar dihargai di dalam Islam, maka dia mencoba untuk memprovokasi orang-orang muslim.
Andaikata respon yang muncul dari tindakan tersebut adalah pembelaan yang dilakukan muslim dan terkesan anarkis atau bahkan terjadi hal yang buruk. Maka akan munculah kesan bahwa orang muslim itu kasar, Islam itu adalah ajaran radikalis, dan asumsi lain yang ditimbulkan. Inilah framing atau citra Islam yang akan muncul.
Segelintir orang yang terpancing untuk kemudian membalas penghinaan ini dengan cara yang kurang pantas akan memancing stigma Islam yang tidak baik sehingga citra Islam ini sendiri menjadi buruk dikalangan masyarakat. Efek jangka berkepanjangan yang ditimbulkan yakni Islamphobia.
Baca Juga: Ini Dia 5 Model Personal Development dalam Quran, Coba Praktikan Hingga Berhasil
Idealnya, seseorang yang notabene mengaku berintelektual melakukan pemecahan masalah dengan cara yang tidak menyulut emosi pihak lain. Setidaknya upaya yang bisa dilakukan yakni dengan berdiskusi. Dalam hal ini selaras, jika mengaku berakal dan menjawab ketidaksetujuan dengan kembali menggunakan akal sebagai wujud dari intelektual orang tersebut.
Namun halnya jika yang diinginkan oknum tersebut adalah berhasilnya umpan provokasi. Mungkin jawabannya adalah Islamophobia tetap harus dijaga, karena Islamophobia Ini adalah sebuah bisnis agar mereka bisa berkata bahwa dunia ini tidak aman selama ada orang muslim, mereka bisa bilang negara anda tidak akan aman ketika masih ada orang-orang muslim. Mereka bisa bilang bahwa radikalisme masih ada di tempat anda maka yang harus anda lakukan adalah program-program deradikalisasi, program de-Islamisasi, program anti terorisme dan segala macamnya.
Untuk apa hal ini dilakukan? Jika dilihat dari data pertumbuhan masyarakat Muslim. Di Inggris atau di Eropa bahwa nama Muhammad ini adalah nama pertama yang paling tinggi dipakai di kelahiran anak-anak. Berarti, minimal ada orang-orang muslim yang melahirkan banyak anak-anak muslim atau banyak orang yang convert kepada Islam. Apa kaitannya ini dengan agenda provokasi terhadap Muslim. Simak bagian kedua dari ulasan artikel ini. ***
Penulis: Taufik Budiarto
Editor: Annisa