Keajaiban Messi Mengantarkan Argentina Lolos ke Final Piala Dunia di Qatar

ngaderes.com - 'Tidak ada manusia yang bisa menghentikan Messi,' kata penggemar Argentina Ricardo Falu kepada Al Jazeera saat Albicelestes mengalahkan Kroasia 3-0.

Bahkan sebelum para pemain turun ke lapangan untuk melakukan pemanasan pra-pertandingan, kursi sudah penuh.

88.966 orang yang beruntung mendapatkan tiket terpanas di kota.

Mereka datang untuk melihat Argentina menghadapi Kroasia di stadion Lusail yang megah pada Selasa malam. Pada kenyataannya, mereka datang dengan harapan untuk melihat penampilan klasik lainnya dari Lionel Messi, sosok mungil yang mengenakan nomor punggung 10 di seragam Argentinanya.

Di turnamen ini, para penggemar datang ke pertandingan Argentina berharap untuk melihat Messi memberikan – dan dia tidak mengecewakan.

Selama 30 menit pertama pertandingan semifinal, Kroasia yang mengontrol tempo, menggerakkan bola, mencoba memecah set-up Argentina.

Suporter Albicelestes tidak seramai pertandingan lainnya. Ada ketegangan di udara, dan hanya pendukung garis keras yang berani membuat keributan.

Kesedihan ini tidak mengherankan karena Kroasia mengalahkan Amerika Selatan 3-0 dalam pertemuan Piala Dunia 2018 mereka.

Messi menghabiskan sebagian besar setengah jam pertama pertandingan dengan berjalan-jalan, tampak tidak terburu-buru, bahasa tubuhnya tidak menunjukkan banyak hal.

Tapi, sama seperti saat Argentina menghadapi Meksiko dan kemudian melawan Belanda, momen ajaib Messi pun datang.

“Kami tidak memulai dengan baik. Messi tidak banyak menguasai bola karena cara Kroasia memulainya,” kata Cristian Rolero, seorang Argentina yang melakukan perjalanan dari Miami untuk melihat pahlawannya beraksi.

“Messi adalah Tuhan. Bagaimana lagi Anda menggambarkan apa yang kita lihat malam ini? Pemain yang luar biasa. Tidak ada pemain lain seperti dia. Tidak pernah, tidak pernah, ”katanya.

Kroasia yang percaya diri

Kroasia dalam suasana percaya diri ingin mencapai final Piala Dunia berturut-turut dan menjadi tim pertama sejak Brasil pada 2002 yang melakukannya.