ngaderes.com - Masyarakat harus menerapkan gaya hidup memilah atau bahkan mengolah sampah dari rumah. Berdasarkan data KLHK, sebanyak 60% dari total sampah yang ada, termasuk di Kota Bandung, merupakan sampah organik. Oleh karena itu, DLH Kota Bandung mempromosikan cara pengolahan sampah dari rumah seperti membuat kompos rumahan.
Menurut Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Bandung, Dudy Prayudi, ada banyak metode yang dapat digunakan untuk membuat kompos rumahan. Selain dapat mengurangi sebagian besar sampah, mengolah sampah organik menjadi kompos juga dapat memberikan nilai ekonomis.
"Mengolah sampah organik menjadi kompos bisa menjadikan sampah sebagai bahan bernilai ekonomi. Baik itu secara langsung maupun tidak langsung," kata dia, Minggu 14 Mei 2023., seperti dilansir dari situs resmi Humas Kota Bandung.
Baca Juga: Buya Hamka, Ulama Besar sekaligus Pelopor Sastrawan Indonesia Modern
Berikut beberapa metode komposter rumahan yang dikenalkan DLH Kota Bandung;
1. Biopori
Biopori adalah metode kompos yang letaknya di dalam tanah. Biopori dibuat dengan menggunakan pipa paralon dengan diameter 10 cm yang dilubangi kecil-kecil (pori-pori) dan dimasukkan secara vertikal ke dalam tanah sedalam 1 meter.
2. Komposter Karung
Komposter ini cocok untuk yang memiliki banyak sampah organik. Ukurannya berkisar mulai dari 60-200 liter. Jenis sampah yang dimasukkan lebih baik dari hasil kebun seperti daun, ranting, dan sebagainya.
3. Komposter Drum
Paling populer dan cocok digunkan di lahan terbatas ataupun dalam ruangan. Komposter ini menggunakan drum plastik (metal) yang dilubangi untuk mendapatkan sirkulasi udara (aerob).
4. Komposter Pot atau Gerabah
Gerabah memiliki sifat yang menghasilkan oksigen sehingga memberikan sirkulasi udara yang lebih baik dibanding memakai plastik. Saat kompos pada gerabah sudah penuh bisa langsung dipanen.
5. Lodong Sesa Dapur (Loeseda)
Artikel Terkait
Dari Sampah, Ibu di Bandung Raup Jutaan Rupiah
Yuk Kurangi Produksi Sampah Selama Lebaran, Ini Dia Caranya