ngaderes.com - Pergantian bulan dalam kalender Hijriyyah bagi umat muslim ternyata memiliki makna tersendiri berkaitan dengan ketakwaan manusia. Selepas Ramadhan sebagai bulan pembinaan dan Syawal yang kita ketahui sebagai bulan peningkatan, tibalah pada bulan Dzulqa’idah.
Dzulqai’dah adalah bulan ke-11 dalam Hijriyah yang terdiri dari 29 hari yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2022.
Baca Juga: Yayasan Graha Dhuafa Indonesia (GDI) Siap Gelar Kurban Keliling Negeri (KKN) di Peace Qurban 2022
Kata Dzulqa’dah apabila belum diberi harokat, bisa jadi dibaca dzulqa’dah atau dzulqi’dah. Dzulqa’dah dalam B.Arab disebut ismun marah, kata yang menunjuk pada peristiwa seketika dan terjadi dengan cepat.
Sebelum terbentuk kata Dzulqa’dah, asal katanya adalah Qa’dah yang artinya duduk, tapi kalau Dzulqa’dah yang duduk dengan cepat, “barusan saya duduk tapi bangkit lagi”.
Sedangkan Dzulqi’dah yang harakatnya kashrah, memiliki asal kata Qi’dah, artinya duduk santai (minum dulu, diskusi, nongkrong), Dzulqi’dah.
Baca Juga: Kemenkes Ingatkan Petugas Kesehatan Haji: Jemaah Siap Hadapi Potensi Suhu Meningkat di Arab Saudi Hingga 50 C
Bulan ini disebut dengan Dzulqi’dah bukan Dzulqa’dah karena dahulu kebiasaan orang-orang Arab termasuk yang di Mekkah dan sekitarnya, itu senang merantau. Dari Mekkah ada yang pergi ke Yaman, ke Syam (Yordania, Lebanon, Palestina, Syiria).
Ketika menjelang musim haji di bulan ke-12 yaitu Dzulhijjah (bulan haji), orang-orang Mekkah duduk santai menunggu orang-orang dari luar Mekkah datang ke Mekkah. Dalam bulan ke-11 ini, dahulu orang-orang yang ada di luar Mekkah itu berkumpul untuk ke Mekkah dengan beragam niat seperti melakukan haji hingga mencari keuntungan dari orang yang haji (berdagang).
Karena kebiasan orang Arabnya pergi ke luar dari Mekkah, maka ketika mendekat musim haji (sebelum tiba waktu Dzulhijjah) itu mereka (orang luar Mekkah) sudah mulai berdatangan karena harus mulai bikin lapak, persiapan penginapan. Sehingga, biasanya orang asli mekkah itu duduk-duduk santai menunggu pengunjung yang ibadah atau yang berdagang.
Baca Juga: 10 Cara Mengatasi Kelelahan Mental yang Bisa Kamu Lakukan
Dzulqai’dah termasuk kedalam bulan haram bersama Muharram, Rajab, dan Dzulhijjah yang didalamnya tidak boleh melakukan perbuatan dosa yang mendzolimi diri sendiri yang menyebabkan dosanya dilipatgandakan.
Sebagaimana firman Allah dalam Qs 9 ayat 36 :
اِنَّ عِدَّةَ الشُّهُوْرِ عِنْدَ اللّٰهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِيْ كِتٰبِ اللّٰهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ مِنْهَآ اَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ۗذٰلِكَ الدِّيْنُ الْقَيِّمُ ەۙ فَلَا تَظْلِمُوْا فِيْهِنَّ اَنْفُسَكُمْ وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِيْنَ كَاۤفَّةً كَمَا يُقَاتِلُوْنَكُمْ كَاۤفَّةً ۗوَاعْلَمُوْٓا اَنَّ اللّٰهَ مَعَ الْمُتَّقِيْنَ
Artinya: "Sesungguhnya jumlah bulan menurut Allah ialah dua belas bulan, (sebagaimana) dalam ketetapan Allah pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menzalimi dirimu dalam (bulan yang empat) itu, dan perangilah kaum musyrikin semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya. Dan ketahuilah bahwa Allah beserta orang-orang yang takwa."
Baca Juga: Abdullah bin Abbas, Guru Umat yang Terpelajar
Baca Juga: Kabupaten Madiun Kenalkan Potensi Wisata Air Terjun Coban Darajat, Bupati Madiun Berharap Jadi Wisata Unggulan
Bulan Dzulqa’idah ini menjadi pembuka bulan pengorbanan di bulan Dzulhijjah. Selama bulan ini, Allah menganjurkan kita untuk menghindari perbuatan maksiat menjelang peristiwa momen Qurban di Idul Adha.
Seperti halnya grafik kehidupan, pergantian bulan dalam Islam menggambarkan tingkat ketakwaan yang semakin meningkat pasca bulan Ramadhan dan begitu seterusnya hingga bulan berikutnya. ***
Artikel Terkait
8 Tanda Kamu Alami Kelelahan Secara Mental dan Emosional
Kemenkes Ingatkan Petugas Kesehatan Haji: Jemaah Siap Hadapi Potensi Suhu Meningkat di Arab Saudi Hingga 50 C
Akses Program Jaminan Kesehatan Nasional – Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) Bisa Diakses Dengan Tunjukan NIK