Tentang peristiwa inilah Allah menurunkan ayat-ayat Al-Qur'an berikut ini:
Berkenaan dengan kasus Abu Ubaidah ini, Allah SWT berfirman: "Kamu tak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat, saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka. Mereka itulah orang-orang yang telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang daripada-Nya. Dan dimasukan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah ridha terhadap mereka, dan merekapun merasa puas terhadap (limpahan rahmat)-Nya. Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya hizbullah itu adalah golongan yang beruntung." (QS Al-Mujaadalah: 23)
Tanggapan Abu Ubaidah di Badar ketika dihadang oleh ayahnya memang tidak terduga. Dia telah mencapai kekuatan iman kepada Tuhan, pengabdian kepada agama-Nya dan tingkat kepedulian terhadap umat Muhammad yang dicita-citakan banyak orang.
Abu Ubaidah bin Jarrah pernah ikut hijrah ke Habasyah (Ethiophia) bersama Rasulullah, untuk mengajak masyarakat Habasyah masuk ke dalam Islam. Setelah Rasulullah wafat, Abu Ubaidah masuk ke dalam kandidat calon Khalifah bersama Abu Bakar dan Umar bin Khattab.
Bahkan ketika Umar menjadi Khalifah sangat ingin Abu Ubaidah yang meneruskan kepemimpinan Islam. Namun nasib berkata lain, Abu Ubaidah meninggal dunia karena terjebak dalam wabah penyakit.
Abu Ubaidah meninggal pada usia 58 tahun pada tahun ke-18 Hijriah. Selama tahun itu, wabah telah menyebar dengan cepat, tetapi Abu Ubaidah menolak untuk pergi hingga akhirnya meninggal dunia.
Artikel Terkait
Kisah Kejujuran Ka’ab bin Malik yang Penuh Inspirasi