ngaderes.com – Hakim bin Hazam, kisah sahabat nabi yang satu ini menunjukkan bahwa dia adalah satu-satunya orang yang lahir di Kakbah. Berkenaan dengan sejarah kelahirannya, kita dapat melihat sebagai berikut:
Suatu ketika, ibu Hakim memasuki Kakbah bersama wanita lain untuk melihat isinya. Pada hari itu, Kakbah dibuka untuk umum karena penduduk Makkah sedang merayakan salah satu hari besar. Suatu ketika, tiba-tiba, ibu Hakim merasa bayinya menekan keras perutnya, dirinya masih di dalam Kakbah dan dia tidak bisa meninggalkannya.
Lalu beberapa orang mengambil kulit kering dan bayi lahir di atasnya. Nama bayi itu adalah Hakim bin Hazam bin Khuwalid. Masih keponakan dari istri Rasulullah SAW, Khadijah Binti Khuwalid RA.
Hakim Bin Hazam dibesarkan di lingkungan keluarga yang terhormat, dihormati dan kaya. Sementara itu, ia memiliki kepribadian yang mulia dan istimewa. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika orang menghormati dan mengambil posisi Rafphed. Untuk melaksanakan tugas ini, Hakim Bin Hazam mewariskan harta pribadinya untuk membantu setiap jamaah haji yang tidak memiliki bekal yang cukup untuk waktu haji.
Di sisi lain, Hakim menjalin persahabatan yang sangat dekat dengan Rasulullah, sebelum menjadi seorang nabi. Meskipun Hakim itu lima tahun lebih tua dari Rasulullah, tetapi Hakim sangat hangat dan dia merasa sangat senang berteman dengannya.
Sementara Rasulullah menanggapi persahabatan ini dengan jenis dan kedekatan yang sama. Kemudian, hubungan keluarga semakin mempererat persahabatan mereka karena pada periode berikutnya Rasulullah menikah dengan bibinya, Khadijah Binti Khuwalid Ra.
Meski betapa dekatnya hubungan Hakim Bin Hazam dengan Rasulullah, namun nyatanya Hakim baru masuk Islam setelah Mekkah Fath (penaklukan kota Mekkah), yang artinya setelah 20 tahun Rasulullah menjadi Nabi.
Wajar jika setiap orang menduga bahwa orang-orang seperti Hakim Bin Hazam yang diistimewakan Allah dalam bentuk pemikiran yang matang, serta hubungannya yang sangat dekat dengan Nabi, termasuk orang-orang pertama yang beriman kepada-Nya, menerima dakwah, dan petunjuk-Nya. Tapi itu adalah kehendak Allah, apa pun yang Dia inginkan pasti terjadi.
Hakim Bin Hazam sendiri terkejut dengan pengalaman hidupnya. Pada hari-hari pertama Islamnya dan ketika dia baru merasakan nikmatnya iman, dia benar-benar meratapi setiap detik hidupnya, yang disilangkan dalam ketidakpercayaan kepada Allah dan bertentangan dengan nabi-Nya.
Suatu hari setelah masuk Islam, anak-anak Hakim melihatnya menangis. Mereka langsung bertanya. "Ayah, apa yang membuatmu menangis seperti ini?" Hakim menjawab, “Banyak, semuanya membuat saya menangis, anakku! Pertama, saya terlambat untuk memeluk Islam, begitu banyak kesempatan baik yang saya habiskan, bahkan jika saya membayarnya dengan emas sebesar gunung, maka itu akan terjadi.
Masalah lain adalah ketika Allah menyelamatkan saya selama perang Badar dan Uhud, saya berkata pada diri sendiri, karena hari ini saya tidak akan membantu orang Quraisy lagi untuk menyerang Rasulullah, dan saya tidak akan keluar dari Makkah.
Tapi saya kembali dan membantu orang Quraisy. Belum lagi setiap kali saya ingin masuk Islam, saya melihat sisa-sisa para tetua dan pemimpin yang dipuja kaum Quraisy masih mempertahankan keyakinan jahiliyah mereka. Untuk alasan ini saya mengikuti mereka dan mendukung mereka.
Jika saya tidak melakukan itu...! Terlepas dari apa yang membuat kami binasa karena kami mengikuti nenek moyang dan didikan kami. Bagaimana mungkin aku tidak menangis karenanya, anakku?”
Pada malam penaklukan Makkah, Rasulullah SAW berpesan kepada para sahabatnya, “Sesungguhnya di Mekkah ada empat orang, menurut saya dia tidak pantas untuk tetap menjadi musyrik dan lebih cepat masuk Islam”
Artikel Terkait
Teladan Kisah Khadijah Istri Rasulullah, Perempuan ‘Luar Biasa’ (Part 2)