Allah memberikan karunia pada rumah tangga Muhammad SAW dan Khadijah berupa kebahagiaan dan nikmat yang berlimpah. Mereka dikaruniai putra-putri yang bernama Al-Qasim, Abdulah, Zainab, Ruqayyah, Ummi Kultsum dan Fatimah.
Sayyidah Ath-Thahirah tidak pernah merasa tertekan saat harus berpisah jauh dari Muhammad SAW bahkan saat beliau harus tinggal di dalam gua hingga batas waktu yang Allah kehendaki. Kemudian datang Jibril dengan membawa wahyu lalu kembali dalam keadaan takut, khawatir dan mengigil.
Maka istri yang dicintainya dan yang cerdas itu menghiburnya dengan percaya diri dan penuh keyakinan berkata: “Allah akan menjaga kita wahai Abu Qasim, bergembiralah wahai putra pamanku dan teguhkanlah hatimu. Demi yang jiwaku ada di tangan-Nya, sungguh aku berharap agar Anda menjadi Nabi bagi umat ini. Demi Allah, Dia menyambung silaturahmi, jujur dalam berkata, menyantuni ayak yatim, memuliakan tamu dan menolong para pelaku kebenaran,” Maka menjadi tentramlah hati Nabi dan kembalilah ketenangan beliau.
Saat permulaan berdakwah, banyak rintangan dan beban. Beliau juga menyadari bahwa itu adalah sunnatullah bagi para Nabi dan orang-orang yang mendakwahkan dien Allah. Maka Beliau menapaki jalan dakwah dengan ikhlas semata-mata karena Allah Rabbul Alamin, dan Beliau mendapatkan banyak gangguan dan intimidasi.
Khadijah merupakan orang yang pertama kali beriman kepada Allah dan Rasul-Nya
Khadijah merupakan orang yang pertama kali beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan yang pertama kali masuk islam. Beliau adalah seorang istri yang mencintai suaminya dan juga beriman. Menguatkan dan membantunya serta menolong dalam menghadapi kerasnya gangguan dan ancaman. Dengan hal itulah Allah meringankan beban Nabi-Nya.
Beliau campakkan seluruh bujukan kesenangan dunia yang menipu yang hendak ditawarkan dengan akidahnya. Dan pada saat-saat itu Beliau bersumpah dengan sumpah yang menunjukkan keteguhan dalam menetapi kebenaran yang belum pernah dikenal orang sebelumnya. Dan tidak bergeming dari prinsipnya walau selangkah semut. Beliau bersabda :
“Demi Allah wahai paman, seandainya mereka mampu meletakkan matahari di tangan kanan saya dan bulan di tangan kiri saya agar aku meninggalkan urusan dakwah ini, maka sekali-kali aku tidak akan meninggalkannya hingga Allah memenangkannya atau aku yang binasa karenanya.”
Begitulah sayyidah mujahidah tersebut telah mengambil suaminya Rasulullah SAW sebagai contoh yang paling agung dan tanda yang paling nyata tentang keteguhannya di atas iman. Oleh karena itu kita mendapatkan tatkala orang-orang Quraisy mengumumkan pemboikotan ekonomi, dan kemasyarakatan. Dan mereka tulis naskah pemboikotan tersebut kemudian mereka tempel pada dinding Ka’bah.
Khadijah tidak ragu untuk bergabung dengan kaum muslimin bersama dengan kaumnya Abu Thalib. Dan beliau tinggalkan kampung halaman tercinta untuk menempa kesabaran selama tiga tahun bersama Rasul dan orang-orang yang menyertai beliau menghadapi kesewenang-wenangan para penyembah berhala.
Sungguh Sayyidah Khadijah telah mencurahkan segala kemampuannya untuk menghadapi ujian tersebut di saat berumur 65 tahun.
Part 1
Sumber: Buku As-Sirah An-Nabawiyah oleh Ibnu Hisyaml