Kapan Lebaran? Yuk Telaah Hilal dan Hisab! (Bagian 2 )

- Minggu, 2 Juni 2019 | 23:17 WIB
14944643521621334182
14944643521621334182

Posisi ini dinamakan ijtimak. Posisi yang jika dilihat dari luar angkasa, bumi, bulan, dan matahari berada dalam satu garis lurus. Karena berada dalam garis lurus, bulan tidak akan bisa terlihat dari bumi karena terlalu dekat dengan matahari.

Untuk mencapai sudut azimut 2 derajat, paling tidak diperlukan waktu 8 jam bulan beredar selepas ijtimak terjadi. Selain sudut azimut, sudut elongasi juga punya batas minimal agar bisa dilihat. Sudut yang menggambarkan jarak antara matahari dan bulan dari bumi.

Dengan kata lain, jika sudut azimut adalah posisi bulan di atas matahari, maka sudut elongasi adalah posisi bulan di arah kiri/kanan matahari. Artinya, semakin lebar sudutnya, maka hilal akan semakin mudah dilihat. Sebaliknya, semakin kecil sudutnya, maka akan semakin sulit juga hilal bisa dilihat.

Jarak ideal mata telanjang bisa melihat hilal adalah 7 derajat. Kurang dari itu maka diperlukan alat bantu teleskop. Batas penggunaan alat ini pun ada batasnya pada sudut 3 derajat. Kurang dari itu hilal tidak akan terlihat karena terlalu dekat dengan matahari.

-

Metode Hisab Dalam Penentuan 1 Syawal

Karena rukyatul hilal memiliki banyak keterbatasan maka berkembanglah metode hisab. Metode yang bermakna menghitung (‘adda), kalkukasi (akhsha), dan mengukur (qaddara). Hisab berarti menghitung pergerakan posisi hilal di akhir bulan untuk menentukan awal bulan—khusus—seperti Ramadhan atau Syawal.

Secara sederhana perbedaan ini terletak pada konsep wujudulhilal (keberadaan hilal) bagi golongan yang menggunakan metode hisab murni. Artinya, tafsir soal “melihat hilal” dipahami sebagai melihat tidak harus dengan mata kepala tetapi juga bisa menggunakan ilmu. Dengan hisab, posisi hilal akan bisa diprediksi ada "di sana” sekalipun wujudnya tidak terlihat. Barangnya ada, tapi tidak terlihat.

Dua metode ini adalah gambaran. Dengan metode hisab, para ulama mencoba menggunakan pendekatan rasional. Melihat pola, membacanya, lalu menyusun prediksi-prediksinya. Semua dilakukan dalam rumus-rumus. Sedangkan metode rukyat merupakan pendekatan empirik. Bagaimana pengalaman menyaksikan tanda-tanda alam adalah penentu sebuah hukum syariat berlaku.

Halaman:

Editor: Administrator

Tags

Terkini

Kisah Hijrah Nabi Muhammad ke Madinah

Kamis, 25 Mei 2023 | 12:10 WIB

Ini 7 Adab Seorang Muslim di Pagi Hari

Rabu, 24 Mei 2023 | 10:00 WIB

Habib Ja'far: Jangan Tanya Kapan Kiamat!

Kamis, 11 Mei 2023 | 22:16 WIB

Teladan Kisah Abdurrahman bin Auf Part 1

Kamis, 11 Mei 2023 | 12:10 WIB

Begini Adab Bangun Tidur dalam Islam

Rabu, 10 Mei 2023 | 09:00 WIB

Memaknai Momen Mudik Lebaran

Senin, 24 April 2023 | 12:30 WIB

Tata Cara Pelaksanaan Salat Idulfitri Lengkap

Kamis, 20 April 2023 | 12:10 WIB

Kajian Ramadhan Singkat: Memaknai Takbiran

Rabu, 19 April 2023 | 15:00 WIB

Ramadhan di Kota Mosul Irak Bertabur Momen Spesial

Kamis, 13 April 2023 | 12:10 WIB
X