ngaderes.com - Isra Miraj diperingati sebagai hari besar keagamaan bagi umat muslim setiap tahunnya. Ini biasanya dijadikan momen untuk kembali menapaki perjalanan kenabian Muhammad SAW.
Sebagian besar ulama menyakini bahwa Isra Miraj ini terjadi pada 27 Rajab. Meskipun ada beberapa pendapat demikian, ini tidak menjadi penghalang bagi umat Islam untuk memaknai esensi dan hikmah dari Isra Miraj ini.
Jika dikaji Isra Miraj berasal dari dua kata yakni Isra dan Miraj. Secara bahasa, Isra berasal dari kata “saro” yang artinya perjalanan di malam hari. Secara istilah yakni perjalanan Rasullullah bersama Jibril dari masjidil Haram di Mekkah ke Baitul Maqdis atau masjidil Aqso (Palestina). Demikian tercantum dalam Quran Surat Al Isra ayat 1.
Bumi Palestina sendiri adalah lokasi yang bersejarah, bahkan jauh sebelum Nabi Muhammad diutus menjadi Rasul. Palestina merupakan negeri para nabi. Maka dengan menempuh perjalanan Isra, Rasulullah melakukan napak tilas perjuangan dakwah para nabi-nabi sebelumnya.
Sedangkan miraj secara bahasa artinya suatu alat yang dipakai naik. Merujuk pada Quran Surat An Najm ayat 1-18, miraj juga memiliki makna yakni tangga khusus yang digunakan oleh nabi Muhammad SAW untuk naik dari bumi ke atas langit.
Setelah mendirikan sholat dua rakaat di Masjidil Aqsa, diperjalanan miraj inilah beliau bertemu dengan para utusan Allah di tiap-tiap pintu langit. Nabi Muhammad bertemu dengan Nabi Adam, Nabi Isa, Nabi Yahya, Nabi Yusuf, Nabi Idris, Nabi Harun, Nabi Musa, dan Nabi Ibrahim.
Di sidratul muntaha, Allah SWT memberi perintah yang mewajibkan umat Islam untuk sholat 50 kali dalam sehari. Karena memikirkan kondisi umatnya, Rasulullah kemudian melakukan negosiasi hingga ditetapkanlah perintah sholat lima waktu.
Isra Miraj adalah perjalanan Nabi Muhammad SAW dari masjidil Haram di Mekah ke masjidil Aqso di Yerussalem (Palestina). Perjalanan ini ditempuh dalam satu malam dengan mengendarai buraq, lalu naik ke langit ketujuh hingga ke sebuah batas di mana makhluk tidak dapat melewatinya (Sidratul muntaha).
