Teladan Kisah Abdurrahman bin Auf Part 1

ngaderes.com - Abdurrahman bin Auf (R.A.) adalah salah satu sahabat dekat Nabi Muhammad (SAW) dan kisah hidupnya tentu saja patut dipelajari dan ditiru.

Abdurrahman bin Auf (R.A.) adalah salah satu dari delapan orang pertama yang menerima Islam. Dia adalah salah satu dari sepuluh orang yang dijamin masuk Jannah (Surga). Dia adalah salah satu dari enam orang yang dipilih oleh Umar Ibn Khattab (R.A.) untuk membentuk dewan Syura untuk memilih Khalifah setelah kematiannya.

Namanya pada zaman Jahiliyah (zaman sebelum Islam) adalah Abu Amr. Tetapi ketika dia menerima Islam, Nabi yang mulia (SAW) memanggilnya Abdurrahman (hamba Allah Yang Maha Pemurah).

Baca Juga: Presiden Ikuti Simulasi Penyambutan Pemimpin ASEAN saat Tiba di Labuan Bajo, Ada Tarian Khas Tradisional Ini

Sedikit yang diketahui tentang kehidupan awal Abdurrahman (RA). Ia lahir kira-kira sepuluh tahun setelah Nabi Muhammad (SAW), dan kita tahu bahwa keluarganya tidak miskin. Pada saat masuk Islam dia adalah seorang pedagang, sering bepergian ke Yaman.

Abdurrahman (R.A.) menjadi seorang Muslim sebelum Nabi Muhammad (SAW) memasuki rumah Al-Arqam. Bahkan, dikatakan bahwa dia menerima Islam hanya dua hari setelah Abu Bakar Siddiq (R.A.) melakukannya.

Abdurrahman (R.A.) tidak luput dari hukuman yang diderita umat Islam awal di tangan kaum Quraisy. Dia menanggung hukuman ini dengan tabah dan tetap teguh pada Islam. Ketika umat Islam terpaksa meninggalkan Makkah, Abdurrahman (R.A.) juga pergi bersama umat Islam lainnya. Dia kembali ke Mekkah ketika dikabarkan bahwa kondisi umat Islam telah membaik tetapi ketika rumor tersebut terbukti salah, dia sekali lagi melakukan hijrah dari Makkah ke Madinah.

Segera setelah tiba di Madinah, Nabi Muhammad (SAW), dengan caranya yang unik, mulai memasangkan Muhajirin (pendatang Mekkah) dan Anshar (penduduk Muslim Madinah). Ini membentuk ikatan persaudaraan yang kuat dan dimaksudkan untuk memperkuat kohesi sosial dan mengurangi kemelaratan kaum Muhajirin. Abdurrahman (R.A.) dihubungkan oleh Nabi Muhammad (SAW) dengan Saad ibn Ar-Rabiah (R.A.). Saad (R.A.) dalam semangat kemurahan hati dan kemurahan hati yang dengannya Anshar menyapa Muhajirin, berkata kepada Abdurrahman (R.A.):

"Saudaraku! Di antara orang-orang Madinah saya memiliki kekayaan paling banyak. Saya memiliki dua kebun dan saya memiliki dua istri. Lihat mana dari dua kebun yang Anda suka dan saya akan mengosongkannya untuk Anda dan istri saya yang mana yang menyenangkan Anda? dan aku akan menceraikannya untukmu."

Abdurrahman (R.A.) pasti merasa malu dan menjawab:

"Semoga Allah memberkati Anda dalam keluarga dan kekayaan Anda. Tapi tunjukkan saja di mana suq (pasar) itu."
Abdurrahman (R.A.) pergi ke pasar dan mulai berdagang dengan sedikit sumber daya yang dia miliki. Dia membeli dan menjual dan keuntungannya tumbuh dengan cepat. Segera dia cukup kaya dan bisa menikah. Dia pergi ke Nabi Muhammad (SAW) dengan aroma parfum yang melekat padanya.

“Mahyarn, wahai Abdurrahman!” seru Nabi Muhammad (S.A.W.) kata "Mahyam" berarti kejutan yang menyenangkan.)

"Saya telah menikah," jawab Abdurrahman (R.A.).

Nabi (SAW) bertanya, "Dan apa yang kamu berikan kepada istrimu sebagai mahar?"