ngaderes.com - Allah banyak sekali menyebutkan Kisah Nabi Musa di dalam Al-Qur’an. Bahkan Nabi Musa dikisahkan dari ketika lahir hingga perjalanannya menjadi Rasul.
Beberapa surat seperti Al-Baqarah, Al-A’raf, Thaha, dan al-Qashas, menggambarkan kondisi yang dihadapi Nabi Musa beserta respon dalam situasi tersebut. Bukan hanya Nabi Musa, namun orang-orang yang berkaitan dengan Nabi Musa pun ikut dikisahkan.
Tentunya, segala sesuatu yang dimuat dalam Qur’an ini akan menjadi tuntunan manusia hingga akhir zaman. Kisah Nabi Musa yang ada di Qur’an ini menjadi kepastian kondisi yang akan dialami oleh seluruh manusia. Maka, kita perlu mengaitkan kondisi kita ini berada ditahap mana dari kisah Nabi Musa.
Baca Juga: Amalan Ramadhan: Tips agar Tidak Malas Saat Makan Sahur
Salah satu kisah yang paling menarik adalah ketika Nabi Musa hendak bertemu Nabi Khidir untuk berguru. Kisah ini ada di dalam Qs. 18 ayat 60-61 dan tergolong ke dalam surat Makiyyah yang diturunkan sebelum hijrah.
Surat makiyyah ini memiliki interpretasi untuk mengenali diri, memperkuat keimanan kepada Allah, dan Nabi Muhammad. Berikut firmannya:
وَإِذْ قَالَ مُوسَىٰ لِفَتَىٰهُ لَآ أَبْرَحُ حَتَّىٰٓ أَبْلُغَ مَجْمَعَ ٱلْبَحْرَيْنِ أَوْ أَمْضِىَ حُقُبًا . فَلَمَّا بَلَغَا مَجْمَعَ بَيْنِهِمَا نَسِيَا حُوتَهُمَا فَٱتَّخَذَ سَبِيلَهُۥ فِى ٱلْبَحْرِ سَرَبًا
Artinya: Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada muridnya: "Aku tidak akan berhenti (berjalan) sebelum sampai ke pertemuan dua buah lautan; atau aku akan berjalan sampai bertahun-tahun". Maka tatkala mereka sampai ke pertemuan dua buah laut itu, mereka lalai akan ikannya, lalu ikan itu mengambil jalannya ke laut itu.
Dikisahkan, diperjalanan untuk bertemu Khidir ini, Nabi Musa ditemani asistennya yang bernama Yusa bin Nun. Mereka membawa bekal ikan yang sudah dimasak dan dimasukkan kedalam wadah.
Ketika sudah sampai di suatu tempat yang dinamakan Majma’al Bahrain, keduanya tertidur. Namun, asistennya tiba-tiba terbangun dan tidak menyangka melihat ikan yang sudah dimasaknya itu hidup kembali dan mencari jalan menuju laut sehingga wadah itu kosong tidak ada isinya. Yusa tidak langsung memberitahu kepada Nabi Musa.
Setelah beristirahat, mereka melanjutkan kembali perjalanannya. Ketika telah sampai di tempat tujuan, Nabi Musa merasa lapar dan meminta Yusa untuk mengeluarkan bekal tersebut.
Disaat itu lah Yusa menceritakan kejadian sebenarnya ketika di Majma’al Bahrain, bahwa ikan yang menjadi bekalnya itu hidup kembali dan masuk ke laut.
Majma’al Bahrain berasal dari 2 kata yaitu Majma’ yang artinya perjumpaan atau pertemuan dan perbenturan; dan Bahr yang artinya laut. Sedangkan Bahrain itu dua laut.
Jadi, Majma’al bahrain ini artinya ada benturan antara dua lautan. Secara geografis, letaknya berada di Timur Tengah. Terdapat dua arus laut yang berbenturan, inilah yang disebut Majma’al Bahrain.
Berbicara mengenai keterbatasan atau hal-hal negatif dalam hidup, artinya, ketika dalam hidup kita merasakan 2 benturan atau keadaan-keadaan yang terbentur-bentur atau keadaan yang seolah-olah merupakan kesulitan, di situlah letak sesuatu yang mati menjadi hidup, sesuatu yang buntu menjadi terbuka, sesuatu yang tidak kreatif menjadi kreatif, dan di situlah pusat kreativitas.
Artikel Terkait
Kisah Dibalik Doa Nabi Musa yang Viral Sampai Saat ini
Momen Muharam: Allah Selamatkan Nabi Musa Dari Kejaran Tentara Fir'aun
Melalui Kisah Nabi Musa dan Firaun, Allah Ajarkan Cara Komunikasi dengan Penguasa Negeri yang Melampaui Batas
Ustadz Abdul Somad Sampaikan Kisah Perempuan Hebat di Hidup Nabi Musa di Hadapan Ratusan Santri Al-Mawaddah
Kisah Optimisme Nabi Musa a.s. Saat Berhadapan dengan Fir’aun