ngaderes.com - Stasiun Solo Balapan kini dilengkapi moda kereta bandara dan kereta rel listrik kedua di Indonesia, setelah KRL Commuter Jabodetabek. Melansir dari situs resmi indonesia.go.id, berikut penjelasan lengkap tentang stasiun Solo Balapan.
"Ning Stasiun Balapan
Kuto Solo sing dadi kenangan
Kowe karo aku
Naliko ngeterke lungamu
(Di Stasiun Balapan
Kota Solo yang jadi kenangan
Kamu dengan aku
Ketika mengantarkan pergimu)"
Lirik berbahasa Jawa di atas merupakan bagian pembuka dari tembang Stasiun Balapan yang melambungkan nama penyanyi campursari mendiang Didik Prasetyo alias Didi Kempot di 1999. Lagu dari album perdana berjudul sama itu dibuat Didi berdasarkan pengalaman semasa ia menjadi pengamen di Stasiun Solo Balapan di era 1984.
Penyanyi yang telah menciptakan sekitar 800 lagu itu begitu terkesan dengan stasiun utama di Kota Surakarta tersebut. Pasalnya, ada begitu banyak orang datang dan meninggalkan kota seluas 44,02 kilometer persegi melalui Solo Balapan setiap harinya. Stasiun yang beralamat di Jl Wolter Monginsidi nomor 112, Kelurahan Kestalan, Kecamatan Banjarsari itu masuk dalam jajaran perhentian kereta tertua di tanah air.
Mengutip buku mengenai statistik perkembangan perkeretaapian di Hindia Belanda pada 1896 yang ditulis Pemerintah Hindia Belanda disebutkan bahwa Solo Balapan dibangun pada 1864 lampau. Diawali peletakan batu pertama oleh Raja Mangkunegara IV disaksikan Gubernur Jenderal Baron van de Beele.
Enam tahun kemudian atau tepatnya pada 10 Februari 1870, stasiun ini diresmikan hampir berbarengan dengam dibukanya jalur antara Kedungjati ke Gundih dan berakhir di Solo pada akhir 1869. Jalur berikutnya, yakni Ceper-Solo dibuka pada 27 Maret 1871. Jawatan kereta api Hindia Belanda, Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschaappij (NISM) adalah desainer pembuatan jalur itu. Semua selesai pada 21 Mei 1873. Jalur tersebut adalah Semarang-Vorstenlanden dan Kedungjati-Ambarawa.
Awalnya, Solo Balapan didirikan di atas lahan bekas arena pacuan kuda yang merupakan Alun-Alun Utara Pura Mangkunegaran. Belakangan mereka mendapatkan lahan pengganti di kawasan Manahan dari keluarga Kasunanan Surakarta. Itulah sebabnya dinamai Solo Balapan. Saat resmi beroperasi, stasiun tersebut melayani ruas Semarang-Solo sejauh 74 kilometer di atas jalur besi selebar 1.435 milimeter.
Artikel Terkait
Bandung Kota Angklung, Ini Sejarah Singkat dan Jenisnya
Sejarah Panjang Monumen Pers Nasional, Yuk Simak!