ngaderes.com - Nusaibah binti Kaab memiliki kepribadian yang unik dan terhormat dan salah satu wanita pejuang muslim yang hebat. Nusaibah hidup di hati umat Islam seperti obor yang cemerlang.
Dia adalah Nusaibah binti Kaab ibn 'Amr dari kalangan Anshar, yang dikenal sebagai Ummu Imarah. Dia menikah dengan Zaid bin 'Asem sebelum Islam dan telah melahirkan putranya Habeeb dan 'Abdullah. Kemudian, dia menikah dengan mujahid Ghuzayyah bin Amr yang beriman yang menjadi ayah dari Tamim dan Khawlah.
Pelopor Pejuang Wanita
Dia berada di puncak masa mudanya dan baru menjadi pengantin baru ketika dia mendapat kehormatan untuk bertemu Nabi Muhammad SAW di tengah malam di 'Aqabah, Mina bersama dengan delegasi Anshar. Mereka semua memeluk Islam, dan mereka berjanji setia.
Pasal-pasal ikrar 'Aqabah adalah fondasi pertama yang menjadi dasar perubahan besar yang terjadi dalam perjalanan dakwah. Perubahan-perubahan ini termasuk bergerak dari Jihad pasif ke Jihad aktif. Jihad yang tidak terbatas pada medan perang. Melainkan termasuk perang melawan segala macam kemusyrikan, kekafiran, korupsi, dan penyimpangan untuk membangun individu maupun masyarakat yang diridhoi Allah.
Ummu Imarah secara mental, emosional, dan fisik dipenuhi dengan semangat iman dan Islam, sejak duta besar pertama, Mushab bin Umair mulai menyebarkan Islam di Yatsrib (kemudian dikenal sebagai Madinah) dengan tekun. Dengan karunia Allah, Mushab mampu mengubah Yastrib, dengan suku Aws dan Khazrajnya, menjadi penolong Islam dan Rasulnya.
Ada banyak kualitas yang jelas dalam karakternya, yang sebagian besar adalah penyangkalan diri dan perjuangannya di jalan Allah, terlebih lagi dengan pedang.
Ibnu Hajar berkata:
Dia (Ummu Imarah) menyaksikan janji 'Aqabah dan dia juga berjanji setia. Dia berpartisipasi dalam perang Uhud, Hudaibiyah dan Khaybar dan berpartisipasi dalam 'Umrah Al-Qadaa'. Dia juga menyaksikan kemenangan Mekah dan berpartisipasi dalam pertempuran Hunayn dan Yamamah.
Ini berarti Ummu Imarah menyaksikan dan berpartisipasi dalam sebagian besar pertempuran dan peristiwa penting dalam Islam. Kehadirannya jelas diakui lebih dari wanita lain yang mengambil bagian dalam momen ini.
Pengorbanan Menuju Surga di Perang Uhud
Ummu Imarah meriwayatkan apa yang terjadi di Uhud mengatakan,
“Saya keluar pada siang hari dengan bejana air di tangan saya. Saya datang kepada Rasulullah, ketika dia bersama para sahabatnya dan kaum Muslim akan memenangkan perang. Tetapi ketika umat Islam kemudian dikalahkan, saya pindah ke sisi Rasulullah (yang gigi gerahamnya patah dan dia terluka di wajah). Saya terlibat dalam pertempuran dan mulai melindungi Rasulullah, dengan pedang sambil menembakkan panah sampai saya terluka.
Ummu Sa'd binti Sa'd ibn Ar-Rabi' yang melaporkan pidato ini berkata: "Dan aku melihat luka yang dalam dan cekung di bahunya." Luka yang dalam ini disebabkan oleh musuh Allah, Ibnu Qami'ah yang berusaha membunuh Nabi, namun Ummu Imarah membela Nabi dan mendapat serangan pedang yang berat, kemudian ia menyerang Ibnu Qami'ah, memukulnya dengan pedang berulang kali. Selain tiga belas luka lainnya, dia menderita luka dalam, yang terus dia rawat selama sisa hidupnya sampai dia meninggal.
Artikel Terkait
Kisah Halimah As Sadiyah yang Saksikan Banyak Keajaiban Usai Menyusui Rasulullah
Kisah Hindun binti Utbah, Hijrahnya Si Pemakan ‘Hati’ Paman Nabi