Kisah Hindun binti Utbah, Hijrahnya Si Pemakan ‘Hati’ Paman Nabi

- Selasa, 19 April 2022 | 19:00 WIB
Ilustrasi Kisah Hindun binti Utbah, Hijrahnya Si Pemakan ‘Hati’ Paman Nabi  (Canva)
Ilustrasi Kisah Hindun binti Utbah, Hijrahnya Si Pemakan ‘Hati’ Paman Nabi (Canva)

ngaderes.com - Kisah Hijrah Hindun binti Utbah adalah pelajaran bagi semua orang yang berpikir bahwa dosa mereka terlalu banyak dan bahwa mereka harus terus berbuat dosa karena tidak ada jalan keluar.

Kisah ini tidak hanya menunjukkan kepada kita betapa Sabar dan tenang Nabi SAW kita tercinta, tetapi juga menunjukkan kepada kita bagaimana pintu Islam Terbuka untuk siapa saja dan setiap orang.

Dalam kitab-kitab serah, Hindun binti 'Utbah RA muncul sebagai sosok yang ganas, seorang penjahat terkenal yang mengabdikan sebagian besar hidupnya untuk menjatuhkan musuh bebuyutannya, Rasulullah, Muhammad (sallallahu alayhi wa sallam). Meskipun dia adalah istri sepupu jauh Nabi, kepala suku Quraisy Abu Sufyan, Hindun paling dikenal karena hubungannya dengan Rasulullah SAW,. dia adalah salah satu musuh paling awal Nabi, dan salah satu yang paling berdedikasi untuk merusak dan mengalahkannya.

Mungkin tindakannya yang paling terkenal, Hindu memerintahkan budaknya Wahshi bin Harb untuk memburu Hamzah bin Abdul Muthalib (RA) di medan perang Uhud sebagai pembalasan atas kematian ayah dan saudara laki-lakinya di tangan tentara Muslim di perang Badar. Bertekad untuk melampiaskan sebagian besar pembalasannya, Hindun memotong hati Hamzah dan mengunyahnya sebelum meludahkan sisa-sisa kejayaan di medan perang.

Kemudian dia memanjat sebuah batu dan “menjerit sekuat-kuatnya”:( ref : Ibn Ishaq/Guillaume hal. 385)

Kami telah membayar Anda kembali untuk Badr

dan perang yang mengikuti perang selalu disertai kekerasan.

Saya tidak bisa menanggung kehilangan Utbah

atau saudara laki-laki saya dan pamannya dan anak sulung saya.

Aku telah memadamkan pembalasanku dan memenuhi sumpahku.

Engkau, wahai Wahshy, telah meredakan rasa terbakar di dadaku.

Saya akan berterima kasih kepada Wahshy selama saya hidup

sampai tulangku membusuk di kubur.

Kesedihan dan kemarahan Rasulullah SAW begitu terasa ketika mendengar tindakan ini, sehingga dicatat oleh Abdullah bin Mas'ud bahwa, “Kami belum pernah melihat Rasulullah menangis sebegitu hebatnya karena Hamza bin 'Abdul Muthalib. Dia mengarahkannya ke arah Al-Kiblat, lalu dia berdiri di pemakamannya dan menangis tersedu-sedu.”

Halaman:

Editor: Dita Fitri Alverina

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Menelusuri Jejak Prasejarah di De Tjolomadoe

Rabu, 5 Oktober 2022 | 12:00 WIB

Transformasi Batavia Menjadi DKI Jakarta

Senin, 12 September 2022 | 12:00 WIB

Ini Ternyata Asal Usul Nama Gedung Sate

Kamis, 8 September 2022 | 12:00 WIB
X