Kesultanan Aceh pun menjadi incaran bangsa Barat yang ditandai dengan penandatanganan Traktat London dan Traktat Sumatera antara Inggris dan Belanda mengenai pengaturan kepentingan mereka di Sumatera.
Sikap bangsa Barat untuk menguasai wilayah Aceh menjadi kenyataan pada tanggal 26 Maret 1873, ketika Belanda menyatakan perang kepada Sultan Aceh.
Tantangan yang disebut ‘Perang Sabi’ ini berlangsung selama 30 tahun. Perang ini menelan korban jiwa yang cukup besar. Sehingga kondisi tersebut memaksa Sultan Aceh terakhir, Twk. Muhd. Daud untuk mengakui kedaulatan Belanda di tanah Aceh.
Dengan pengakuan kedaulatan tersebut, daerah Aceh secara resmi dimasukkan secara administratif ke dalam Hindia Timur Belanda (Nederlansch Oost-Indie) dalam bentuk propinsi.
Baca Juga: Sejarah Islam di Aceh, Permulaan Masuknya Islam ke Bumi Nusantara Indonesia
Kemudian sejak tahun 1937 daerah Aceh berubah menjadi karesidenan hingga kekuasaan penjajah Belanda di Indonesia berakhir.
Apa yang dilakukan oleh penjajah Belanda (Barat) saat itu, tidak lantas membuat masyarakat Aceh diam dan menerima perlakuan Jahat Belanda. Pemberontakan melawan penjajahan Belanda masih saja berlangsung sampai ke pelosok - pelosok Aceh.
Sikap masyarakat Aceh tersebut menunjukan betapa masyarakat Aceh lebih senang dengan sistem hidup dan budaya islam dari pada sistem baru yang dibawa oleh bangsa barat.***
Artikel Terkait
Jejak Sejarah Sang Meneer Teh Priangan
Museum Sumpah Pemuda, Bukti Sejarah Kiprah Pemuda
Amr bin Ash dan Sejarah Islam di Mesir
5 Rekomendasi Tempat Wisata Sejarah di Jakarta
Sejarah Islam di Aceh, Permulaan Masuknya Islam ke Bumi Nusantara Indonesia