Awal Mula Penggunaan Aksara Sunda Kuna, Ternyata Sejarahnya Misterius

Intan Resika Rohmah
- Rabu, 26 Januari 2022 | 15:47 WIB
Prasasti Kawali  (file.upi.edu)
Prasasti Kawali (file.upi.edu)

ngaderes.com - Aksara Sunda disebut pula aksara Ngalagena. Menurut catatan sejarah aksara ini telah dipakai oleh orang Sunda dari abad ke -14 sampai abad ke- 18.

Jejak aksara Sunda dapat dilihat pada Prasasti Kawali atau disebut juga Prasasti Astana Gede yang dibuat untuk mengenang Prabu Niskala Wastukancana yang memerintah di Kawali, Ciamis, tahun 1365-1478.

Prasasti Kebantenan yang termaktub dalam lempengan tembaga, berasal dari abad ke-15, juga memakai aksara Sunda Kuno.

Tak ada bukti yang jelas tentang awal mula aksara Sunda lahir, sejak kapan nenek moyang orang Sunda menggunakan aksara ini.

Baca Juga: Museum Multatuli, Semangat Antikolonialisme Yang Harus Diteladani

Hanya, sebelum abad ke-14, kebanyakan prasasti dan kropak (naskah lontar) ditulis dalam aksara lain, seperti aksara Pallawa (Prasasti Tugu abad ke-4) dan aksara Jawa Kuno (Prasasti Sanghyang Tapak abad ke-11). Bahasanya pun Sansekerta dan Jawa Kuno bahkan Melayu Kuno.

Baru pada abad ke-14 dan seterusnya, aksara Sunda kerap dipakai dalam media batu/prasasti dan naskah kuno.

Sama seperti naskah-naskah kuno di Jawa, yang menjadi media naskah kuno Sunda adalah daun (ron) palem tal (Borassus flabellifer)—di sinilah lahir istilah rontal atau lontar—atau juga daun palem nipah (Nipa fruticans). Di mana masing-masing daunnya dihubungkan dengan seutas tali, bisa seutas di tengah-tengah daun atau dua utas di sisi kanan dan kiri daun.

Penulisan dilakukan dengan menorehkan peso pangot, sebuah pisau khusus, pada permukaan daun, atau menorehkan tinta melalui pena. Tintanya dari jelaga, penanya dari lidi enau atau bambu.

Pena untuk menulis aksara sunda yang terbuat dari lidi enau atau bambu.
Pena untuk menulis aksara sunda yang terbuat dari lidi enau atau bambu. (asc.ukm.um.ac.id)

Biasanya peso pangot untuk huruf-huruf persegi, sementara tinta-pena untuk huruf-huruf bundar.

Naskah-naskah kuno Sunda yang memakai aksara Sunda Kuno dan juga bahasa Sunda Kuno di antaranya Carita Parahyangan (dikenal dengan nama register Kropak 406) yang ditulis pada abad ke-16.

Ada hal yang menarik dalam Carita Parahyanganini, di mana di dalamnya terdapat dua kata Arab, yaitu dunya dan niat.

Ini menandakan bahwa persebaran kosa kata Arab, dengan Islamnya, telah merasuk pula ke dalam alam bawah sadar penulis carita tersebut.

Halaman:

Editor: Intan Resika Rohmah

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Menelusuri Jejak Prasejarah di De Tjolomadoe

Rabu, 5 Oktober 2022 | 12:00 WIB

Transformasi Batavia Menjadi DKI Jakarta

Senin, 12 September 2022 | 12:00 WIB

Ini Ternyata Asal Usul Nama Gedung Sate

Kamis, 8 September 2022 | 12:00 WIB

Eksotika Klasik-Modern Stasiun Solo Balapan

Jumat, 26 Agustus 2022 | 12:00 WIB

Sejarah Panjang Monumen Pers Nasional, Yuk Simak!

Selasa, 23 Agustus 2022 | 12:00 WIB

Kisah Heroik Nusaibah binti Kaab di Perang Uhud

Kamis, 21 April 2022 | 10:00 WIB
X