Dewi Sartika, Pejuang Pendidikan pada Kaum Hawa

- Rabu, 10 November 2021 | 17:40 WIB
dewi sartika kemdikbud
dewi sartika kemdikbud

Histori - Jika kita diminta untuk menyebutkan pahlawan pendidikan, pastilah yang terbesit di benak adalah satu diantara dua tokoh berikut ini, yaitu : Ki Hajar Dewantara Sang Bapak Pendidikan atau Raden Ajeng Kartini. Namun, sekali-kali kita juga harus membuka kembali lembar demi lembar buku-buku sejarah kita, karena ternyata masih banyak pahlawan pendidikan di Indonesia yang sering terlupakan. Seperti Raden Dewi Sartika yang berjuang untuk pendidikan khususnya pada kaum mojang-mojang priangan di tanah pasundan.

Masa Muda

Untuk kembali membuka memori, Raden Dewi Sartika lahir di Cinean, hari keempat pada bulan Desember 1884. Sejak kecil, ia sudah pantas mendapat sebutan young and rich karena terlahir dari ayah bernama Raden Rangga Somanegara yang notabene adalah patih di Bandung dan ibu yang setia yaitu Raden Ayu Rajapermas. Tidak hanya itu, orangtuanya merupakan pejuang kemederkaan yang tercatat pernah diasingkan di daerah Ternate, Maluku. Dewi Sartika pun terpaksa menerima asuhan dari pamannya dengan tinggal di Cicalengka.

Perjuangan Dewi Sartika

Seperti yang kita ketahui, Dewi Sartika hidup dalam semangat untuk memperjuangkan nasib dan harkat kaum perempuan. Di rumahnya, ia mengajar kepada anggota keluarga dan juga kaum perempuan yang berada di sekitarnya. Beliau memberikan pengajaran seperti membaca, menulis, memasak, dan menjahit. Semua dedikasi itu dilakukan sampai akhirnya Sakola Istri atau Sekolah Perempuan di Kota Bandung berhasil ia dirikan. Dalam aktivitas belajar mengajarnya, Sakola Istri pada tahun 1910 berganti nama menjadi Sakola Kautamaan Istri, yang kemudian mendirikan organisasi bernama Kautamaan Istri di tahun yang sama, di daerah Tasikmalaya. Kemudian, Kautamaan Istri berkembang di wilayah lain, seperti Garut, Tasikmalaya, dan Purwakarta. Walaupun sekolah beliau berkembang pesat, namun masa pendudukkan Jepang membuat sekolah tersebut mengalami masa kritis.

Masa Tua

Kehidupan Dewi Sartika sebagai warga negara Indonesia pun juga mengalami masa-masa sulit. Beliau terpaksa harus mengungsi ke daerah Tasikmalaya akibat serangan Agresi Militer Belanda dalam masa perang mempertahankan kemederkaan. Ia menghembuskan nafas terakhirnya di Cineam pada 11 September 1947 dan dimakamankan disana. Diketahui makam beliau dipindah ke daerah Bandung, tepatnya Jalan Karang Anyar ketika keadaan sudah aman.

Penghargaan

Selepas kepergiannya, Dewi Sartika dianugerahi Orde van Oranje-Nassau atas jasanya memperjuangkan pendidikan, serta mendapat gelar sebagai pahlawan nasional pada 1 Desember 1966. Selain itu, nama beliau diabadikan menjadi nama jalan untuk menandai keberadaan Sakola Kautamaan Istri yang masih berdiri sebagai Sekolah Dasar Dewi Sartika di Kota Bandung. Hingga kini, semangat Dewi Sartika dalam memperjuangkan pendidikan, khususnya terhadap kaum perempuan masih dikenang, dan akan selalu terkenang. Karena, manfaatnya dapat kita rasakan saat ini, yaitu kesetaraan penerimaan pendidikan bagi laki-laki maupun perempuan di Indonesia. Sumber: Wikipedia, humas.bandung.go.id Penulis: Galuh Budiati Wangsa/Internship Editor: Fahmi Idris/Internship

Editor: Redaksi

Tags

Terkini

Menelusuri Jejak Prasejarah di De Tjolomadoe

Rabu, 5 Oktober 2022 | 12:00 WIB

Transformasi Batavia Menjadi DKI Jakarta

Senin, 12 September 2022 | 12:00 WIB

Ini Ternyata Asal Usul Nama Gedung Sate

Kamis, 8 September 2022 | 12:00 WIB

Eksotika Klasik-Modern Stasiun Solo Balapan

Jumat, 26 Agustus 2022 | 12:00 WIB

Sejarah Panjang Monumen Pers Nasional, Yuk Simak!

Selasa, 23 Agustus 2022 | 12:00 WIB
X