ngaderes.com - Bola api itu melintas di atas langit. “Sebelah sana gus,” ucap hantu korban tumbal itu berbisik. Agus berlari kencang menuju tengah hutan belantara.
Cerita dimulai pada suasana sore hari di tengah kegelisahan tokoh utama, Agus (Freddy Rotterdam). Atas perintah dukun, Agus harus membunuh tujuh orang sebagai jalan satu-satunya untuk menyembuhkan kesehatan anak semata wayangnya, Ningsih (Naura Quinta).
Meski begitu, Agus hanya sanggup mengorbankan orang-orang yang sedari awal sedang berupaya untuk bunuh diri. Hal itu bisa ditandai dengan kemunculan bola api di langit menuju tempat kejadian bunuh diri.
Namun sebelum hal tersebut terjadi, Agus bergegas untuk mengakhiri nyawa korban dengan tangannya sebagai bentuk pengorbanan atas saran dukun tersebut.
Sejak awal cerita, sosok Agus ini memiliki kemampuan berbicara dengan roh para korbannya. Sehingga pada pencarian korban Agus selalu dibantu oleh roh-roh tersebut.
Baca Juga: Mau Nonton Film Tapi Males Ke Bioskop? Coba Pake Aplikasi Ini
Sampai akhirnya Agus berhasil mendapat enam korban, tapi kondisi Ningsih belum juga membaik. Ditambah keadaan ekonomi makin memburuk membuat Marni (Nunung Dewi Puspitasari), istri Agus semakin khawatir akan kondisi Ningsih.
Keesokan harinya, di tempat yang sama, Agus duduk menanti korban ke tujuh. Tiba-tiba bola api itu kembali melintas menuju tengah hutan. Seperti biasa Agus mengejar keberadaan korbannya.
Namun nahas, yang ia dapati adalah Marni yang siap menjadi korban ke tujuh ritual tersebut. Perdebatan antara Agus dan Marni ditambah hasutan roh dari para korban membuat suasana semakin mencekam.
Gambaran Realitas Sosial Masyarakat
Alur cerita yang disajikan dalam film Lamun Sumelang ini merupakan gambaran permasalahan sosial yang sering terjadi di daerah Gunung Kidul, Yogyakarta. Mitos ini dikenal dengan mitos pulung gantung.
Pulung gantung digambarkan seperti bola api yang terbang melewati warga. Mitos tersebut diyakini sebagai tanda akan adanya peristiwa bunuh diri dengan cara gantung diri.
Polemik kemiskinan dan gangguan mental seperti depresi menjadi akar dari maraknya kejadian bunuh diri di kalangan masyarakat sekitar Gunung Kidul. Menurut data pemerintah daerah Gunung Kidul, yang dilansir dari Mojok.co, pada Juli 2021 kasus kematian bunuh diri di daerah ini mencapai sekitar 32 kasus.