ngaderes.com - "Dia alasanku menyeberangi jembatan. Aku ingin bertemu lagi dengannya. Harusnya aku tak meninggalkan Santa Cecilia. Kuharap aku bisa memberitahunya kalau papanya berusaha pulang. Bahwa papanya sangat menyayanginya. Coco ku," Hector.
Film Coco tidak hanya mengisahkan tentang seorang anak kecil bernama Miguel, namun juga seluruh anggota keluarganya. Dimana keluarga ini sampai-sampai dijuluki keluarga Rivera--pembuat sepatu selamanya.
Namun, kisah ini tidak sesederhana yang dibayangkan, karena dibalik nama keluarga tersebut ternyata memiliki history yang sangat panjang.
Baca Juga: Pemdaprov Jawa Barat Luncurkan Sayembara Desa Digital 2023
Jadi, bagi kalian yang menyukai film kartun dan juga berbumbu fiksi, film dari Pixar animations studios ini patut kalian cantumkan dalam daftar film yang perlu ditonton.
Karena tidak hanya petualangan dan visualisasi yang menarik, namun juga pesan kehidupan yang sesuai dengan keluarga.
Dalam cerita ini, Miguel adalah pemeran utama dalam film. Kalian akan mendengar history tentang bagaimana keluarganya bisa menjadi pembuat sepatu darinya.
Awalnya, nenek buyut (biasa dipanggilnya mama Imelda) dan juga kakek buyutnya adalah seorang musikus. Mereka sangat mencintai musik, bahkan selalu menyanyi dan menari bersama setiap waktu bersama putrinya.
Tetapi, pada suatu ketika kakek buyutnya meninggalkan keluarganya dan mengatakan bahwa ia ingin bernyanyi untuk dunia. Mungkin itu terdengar luar biasa, tapi sayangnya ia tak pernah kembali setelahnya dan membuat Mama Imelda merasa sakit hati.
Setelah itu, mama Imelda memutuskan untuk membuang dan melupakan segala hal yang berhubungan dengan musik. Kemudian, ia mulai mencari cara agar bisa menafkahi putrinya hingga membuat sepatu akhirnya menjadi pilihan terbaik baginya.
Sejak saat itulah, Mama Imelda mengajarkan cara membuat sepatu kepada seluruh keluarganya termasuk juga Coco.
Dengan memandangi Ofrenda---ruang khusus yang digunakan untuk memajang foto anggota keluarga yang telah meninggal, ia bertanya-tanya kenapa kakek buyutnya meninggalkan keluarga dan tak kembali.
Karena tanpa disadari Miguel juga mencintai musik, sebagaimana kakek buyutnya yang pernah menjadi musikus dan memiliki impian besar terhadap musik.
Dengan alasan belum resmi menjadi pekerja di keluarganya sendiri, Miguel bekerja menjadi penyemir sepatu di plaza yang terletak dekat dengan rumahnya.
Artikel Terkait
Review Film The Admiral: Roaring Currents
Mengenal Arti Pemimpin dari Film Coach Carter
Dari Indonesia, Korea, sampai Hollywood Ini 3 Film yang Cocok Ditonton Saat Hari Ibu
4 Rekomendasi Film Indonesia Genre Islam
Tereleminasi dari Kehidupan, Film Squid Game Jadi Ilustrasi Manusia yang Berjuang Keluar dari Kesulitan Hidup