ngaderes.com - Eksistensi Taman Safari Bogor melestarikan dan menjaga populasi satwa-satwa yang terancam punah terus dijalankan. Seluruh sumber daya, baik karyawan hingga perkebunan di sekitarnya diberdayakan untuk menjamin kenyamanan satwa yang ada di dalamnya.
Salah satu satwa unik yang menjadi perhatian Taman Safari Bogor adalah bekantan (Nasalis larvatus). Satwa yang diabadikan sebagai maskot Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan, ini memang masuk kategori salah satu satwa yang terancam punah.
"Bekantan menjadi salah satu ikon Pulau Kalimantan, bahkan di Kalimantan Selatan terdapat patung bekantan berukuran besar yang menjadi maskot Kota Banjarmasin. Taman Safari Bogor mengambil langkah konservasi untuk menjaga populasi mereka. Satwa ini terancam habis karena perburuan,” ungkap General Manager (GM) Taman Safari Bogor, Emeraldo Parengkuan, Jumat (21/4/2023).
Baca Juga: Menparekraf: Pengelola Destinasi Wisata Perlu Perhatikan Manajemen Keramaian Saat Libur Lebaran 2023
Terpisah, Head of Animal Health Taman Safari Bogor, Drh. Bongot Huaso Mulia M.Si. mengatakan, bekantan termasuk dalam daftar satwa yang terancam punah berdasarkan daftar merah International Union for Conservation of Nature (IUCN). Jumlahnya di alam pun mulai berkurang akibat berkurangnya lahan hutan dan perburuan liar.
"Sebagai lembaga konservasi, Taman Safari Bogor tentu berkewajiban melindungi satwa liar, edukasi, dan penelitian. Mengingat status konservasi satwa ini terancam punah sehingga besar harapan kami untuk ikut aktif dalam konservasi bekantan melalui breeding atau pengembangbiakannya," ungkap Bongot.
Bongot menjelaskan, ada 12 ekor bekantan di Taman Safari Bogor yakni 6 jantan dan 6 betina.
"Habitat asli jenis ini adalah hutan tropis dataran rendah yang tersebar di Pulau Kalimantan. Mereka biasanya mendiami hutan mangrove, rawa-rawa, atau di hutan di pinggiran sungai. Tentu saja, kami membuat exhibit yang semirip mungkin dengan habitat aslinya di Kalimantan," jelas Bongot.
Ia juga menyampaikan bahwa bekantan di wahana rekreasi tersebut dirawat dan diberi makan seperti di habitat aslinya. Satwa yang satu ini biasa memakan pucuk daun tanaman mangrove, ketapang, beringin, atau kaliandra.
Bekantan juga memakan buah-buahan dan sayuran seperti apel, pisang, pir, jeruk, pepaya, kacang panjang, jagung, dan ubi.
"Sama seperti merawat satwa pada umumnya, pemberian pakan yang dimungkinkan seperti makanan di alamnya, berupa dedaunan dan buah-buahan, tempat untuk bermain dan menambahkan enrichment (penyuburan) sehingga satwa dapat mengekspresikan perilaku normalnya seperti di alam liar serta pengecekan kesehatan secara berkala dan lain-lain," lanjutnya.
Secara fisik, bekantan memiliki keunikan tersendiri, yakni hidung besar dan perut yang buncit. Monyet ini juga memiliki perilaku unik yang berbeda dari monyet lainnya, yaitu bisa berenang. Bekantan juga lebih suka makan buah yang agak mentah lho.
Baca Juga: 21 Ucapan Selamat Hari Raya Idul Fitri 1444H Bisa Dibagikan Kepada Keluarga Teman, Saudara
"Perilaku unik dari bekantan adalah mereka terbiasa berenang untuk menghindari predator atau untuk menyeberangi sungai untuk mencari makanan. Mereka juga menghasilkan suara yang cukup keras ketika berkomunikasi atau memperingati kelompoknya akan bahaya yang datang," sambungnya.
Artikel Terkait
Surga Bawah Laut Taman Nasional Bunaken Tidak Diragukan Lagi! Berikut Waktu Terbaik untuk Menyelam
Mau Wisata ke Gunung Tangkuban Parahu? Yuk Ketahui Sejarah Letusannya
Menparekraf: Pengelola Destinasi Wisata Perlu Perhatikan Manajemen Keramaian Saat Libur Lebaran 2023
Wisata Safari Beach Jateng Cocok untuk Cegah Depresi atau Stress, Ini Faktanya