ngaderes.com - Sebagai manusia, siapa yang tidak mau menjalani kehidupan yang lebih baik dari saat ini?
Namun pada praktiknya, ini tidak mudah. Perubahan diri ke arah yang lebih baik butuh dorongan kuat dari dalam diri. Dorongan ini berupa keinginan atau tekad kuat untuk menumbuhkan, mengembangkan dan meningkatkan kualitas diri (personal development) dengan bantuan beberapa tindakan nyata yang perlu dilakukan. Lantas bagaimana, personal development bisa dan berhasil dibangun dalam diri?
Dalam Al Quran Surat Ar-Rad ayat 11, sejatinya Pencipta Alam Semesta sudah menjelaskan model personal development atau pengembangan diri.
Mengenai keinginan untuk merealisasikan kehidupan yang lebih baik, Al Quran membahasakan dengan kalimat:
“Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri”.
Ayat lengkapnya berbunyi:
لَهُ مُعَقِّبَاتٌ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ يَحْفَظُونَهُ مِنْ أَمْرِ اللَّهِ ۗ إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ ۗ وَإِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِقَوْمٍ سُوءًا فَلَا مَرَدَّ لَهُ ۚ وَمَا لَهُمْ مِنْ دُونِهِ مِنْ وَالٍ
Artinya : Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.
Alhasil, perubahan menjadi diri yang lebih baik merupakan tanggungjawab yang melekat pada pribadi masing-masing.
Apabila pribadi seseorang “malas” untuk berubah dan keluar dari zona nyamannya dalam rangka untuk membangun dirinya agar lebih tinggi maqam pengetahuannya, lebih produktif dan lebih berkualitas, maka ia akan terpuruk dalam kondisi lembam-nya hingga akhir hayatnya.
Baca Juga: Jaga Pengelolaan Kualitas dalam Bekerja dan Berkarya Bisa Disebut Taqwa? Simak Penjelasan Berikut Ini!
Ini yang disebut dalam surat Al-Asr sebagai orang yang rugi. Siapapun tentunya tidak mau rugi, karena hal tersebut memberikan makna “kekalahan” dalam sebuah pertempuran.
Ada beberapa model pengembangan sumber daya manusia yang secara khusus bisa juga dipergunakan sebagai personal development.
Berikut 5 model personal development, diantaranya adalah model reactive, programmatic, comprehensive dan strategic. Simak penjelasan berikut ini!
5 model personal development
1.Reactive Model
Karakteristik dari Reactive Model dicirikan dengan pola pengembangan diri yang didahului oleh suatu peristiwa yang mengandung kerugian,kerusakan, atau diri terdampak secara negatif oleh peristiwa atau akivitas sebelumnya. Model pengembangan diri ini bersifat penting dan dan perlu disegerakan. Sehingga apabila telah mengetahui prosedur teknisnya harus dilakukan sebagai prioritas pertama.
Sebagaimana dalam Quran Surat Ali 'Imran Ayat 133:
وَسَارِعُوا إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ
Artinya : Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa,
Contohnya adalah apabila diri kita “terlanjur” melakukan dosa, ataupun khilaf yang pada akhirnya melanggar larangan syariat, maka model personal developmentnya adalah taubat.
Dalam QS ali Imran ayat 133, Allah “mengajak” kita yang “baru saja” selesai berdosa, agar bersegera untuk melakukan serangkaian aksi bertaubat.
Setiap diri manusia memiliki peluang yang besar dalam ketergelinciran memiliki dosa. Oleh karena itu reactive program berupa taubat, mesti kita tanamkan dalam jiwa kita masing-masing, agar bisa teraktivasi pada saat kita berdosa.
Tentunya cara taubat akan berhubungan dengan kesalahan apa yang telah diperbuat dan prosedur apa terkait perbaikan dan “penyembuhan”nya menurut tuntunan syariat tertentu.
Secara umum urutan langkahnya adalah kesadaran akan kesalahan, komitmen untuk tidak melakukan lagi kesalahan tersebut, kemudian melakukan serangkaian aksi perbaikan (aslaha) atas kerusakan yang telah diperbuat. Dan selanjutnya mengikuti langkah-langkah sesuai fiqh/ syariat (biasanya ada semacam sanksi syariat yang perlu dipenuhi/ dibayar untuk setiap pelanggaran syariat tertentu).
Indikator keberhasilan untuk pengembangan model reactive setidaknya muncul 2 hal, yang pertama semua indikator penimbul dosa/ kerusakan telah berhasil diblock, dan yang kedua, kesalahan masa lalu tidaklah menjadi beban psikologis bagi dirinya. Namun beban tersebut telah dikonversi menjadi energi pendorong untuk terus bangkit, maju dan berkarya.
2.Programmatic Model
Model kedua ini (Programmatic Model) memiliki karakteristik berupa keteraturan agenda dalam waktu. Sehingga serangkaian aktivitas pengembangan diri senantiasa didasarkan pada waktu sebagai pacuan khusus.
Model inilah yang paling mudah kita temukan dalam kehidupan bersyariat islam. Karena banyak sekali aktivasi agenda ibadah yang dilaksanakan dalam waktu tertentu. Ada yang bentuknya harian, mingguan, bulanan dan tahunan. Seharusnya ini bisa menjadi mudh, karena kita tak perlu berpikir mengenai desain amal sholeh yang perlu dilakukan. Kaidah mentalnya adalah “don’t think, just do!”
Sebagaimana dalam Quran Surat An-Nisa' Ayat 103:
فَإِذَا قَضَيْتُمُ الصَّلَاةَ فَاذْكُرُوا اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِكُمْ ۚ فَإِذَا اطْمَأْنَنْتُمْ فَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ ۚ إِنَّ الصَّلَاةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ كِتَابًا مَوْقُوتًا
Artinya: Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.
Contohnya adalah Shalat 5 waktu. Allah menyebutnya sebagai “kewajiban yang telah ditentukan waktu-waktunya”. Artinya apabila kita “aware” terhadap waktu apa sekarang, maka akan jelas juga mengenai hal spesifik apa yang harus aku perbuat.
Programmatic Model dalam personal development bisa dieksekusi dengan cara sebagai berikut:
Pertama – tama klasifikasikan terlebih dahulu semua “program ibadah” berdasarkan tingkat kewajibannya, terutama yang fardu ‘ain dan sunnat.
Misalnya contoh diatas tadi tentang sholat. Tolong set program komitmen batin kita agar setiap masuk waktu sholat fardhu (ditandai azan), fisik kita agar auto ambil wudlu dan shalat.
Selanjutnya set untuk sholat sunnahnya kita set programmnya sholat tahajjud. Maka setiap 1/3 malam akhir “paksakan dan biasakan” fisik diri agar bangun, masuk kamar mandi, wudlu, berangkat ke tempat sujud/ mushalla, lalu sholat, tanpa harus banyak pertimbangan dan analisa. Tinggal lakukan saja.
Dua hal penting lainnya dari implementasi Programmatic Model adalah kekuatan kedisplinan dan konsistensi. Untuk yang sifatnya sunnat silahkan agendakan secara bertahap, misalnya lakukan untuk 7 hari pertama, lalu lakukan evaluasi, kemudian tingkatkan untuk 2-3 minggu selanjutnya lalu evaluasi kembali.
Dan seterusnya hingga berhasil menjadi behavior yang mendarah daging dalam diri kita. Prosedur yang sama bisa kamu lakukan untuk program ibadah lainnya seperti shoum, zakat/ shadaqah, baca quran, dakwah dan aksi-aksi amal shaleh lainnya.
Indikator keberhasilan untuk Programmatic Model adalah terbentuknya pola kedisiplinan diri yang terrefleksi pada implementasi agenda amal shaleh secara konsisten dan berkelanjutan. Sehingga secara otomatis hal tersebut bisa dilakukan tanpa ada beban/
kendala yang berarti.
Baca Juga: Terpopuler Minggu Ini! Hasil Sidang Pembacaan Putusan Vonis 5 Terdakwa Pembunuhan Brigadir J
3.Comprehensive Model
Comprehensive Model memiliki ciri persis manajemen proyek. Model ini ditandai dengan adanya target (obyektif) yang spesifik, waktu yang spesifik dengan biaya yang terukur.
Sebagaimana dalam Quran Surat Al-Anfal Ayat 60:
وَأَعِدُّوا لَهُمْ مَا اسْتَطَعْتُمْ مِنْ قُوَّةٍ وَمِنْ رِبَاطِ الْخَيْلِ تُرْهِبُونَ بِهِ عَدُوَّ اللَّهِ وَعَدُوَّكُمْ وَآخَرِينَ مِنْ دُونِهِمْ لَا تَعْلَمُونَهُمُ اللَّهُ يَعْلَمُهُمْ ۚ وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ شَيْءٍ فِي سَبِيلِ اللَّهِ يُوَفَّ إِلَيْكُمْ وَأَنْتُمْ لَا تُظْلَمُونَ
Artinya: Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalasi dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan).