Jaga Pengelolaan Kualitas dalam Bekerja dan Berkarya Bisa Disebut Taqwa? Simak Penjelasan Berikut Ini!

- Jumat, 3 Februari 2023 | 15:00 WIB
Ilustrasi standarisasi kualitas dalam bekerja dan berkarya sama dengan taqwa
Ilustrasi standarisasi kualitas dalam bekerja dan berkarya sama dengan taqwa



ngaderes.com- taqwa merupakan suatu terminologi yang muncul dalam al-Qur’an lebih dari 200 kali. Seringkali istilah taqwa berbarengan dengan suatu perintah, misalnya perintah puasa (QS. 2:183), keta’atan kepada Allah dan Rasul (QS.24:52) dan perintah berhaji (QS:2:197). Perulangan suatu istilah dalam kitabullah ini menandakan adanya kepentingan yang bersifat holistik dalam beragam aspek.

Ada ayat yang memberikan dimensi pemaknaan taqwa yang sangat diperlukan dalam dunia bisnis dan profesionalisme, yakni masalah quality management. Ini bisa kita temukan dalam al-Quran surat Al-Ma'idah Ayat 27.

وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ ابْنَيْ آدَمَ بِالْحَقِّ إِذْ قَرَّبَا قُرْبَانًا فَتُقُبِّلَ مِنْ أَحَدِهِمَا وَلَمْ يُتَقَبَّلْ مِنَ الْآخَرِ قَالَ لَأَقْتُلَنَّكَ ۖ قَالَ إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللَّهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ

Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan korban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). Ia berkata (Qabil): "Aku pasti membunuhmu!". Berkata Habil: "Sesungguhnya Allah hanya menerima (Qurban) dari orang-orang yang bertakwa".

Ayat di atas menceritakan tentang prosesi qurban pertama yang terjadi pada bani ‘Adam. Peristiwa ini dilatarbelakangi oleh protes yang diungkapkan oleh Qabil terhadap kebijakan Nabi Adam mengenai perjodohan yang dinilai oleh Qabil tidak menguntungkan dirinya. Sedangkan Habil mendapatkan keputusan jodoh dengan yang Qabil incar sebelumnya (Iqlima). Sebagai solusinya, Nabi Adam memutuskan agar kedua putranya itu untuk berkompetisi dengan cara masing-masing memberikan qurban.

Baca Juga: Peran KPI terhadap Maraknya Kasus Viral yang Diangkat di TV Indonesia

Maka Habil dan Qabil pun mulai melakukan serangkaian aktivitas qurban, dari mulai persiapan hingga penyajian. Qabil yang merupakan petani, menyiapkan hasil pertaniannya untuk qurban. Habil yang merupakan peternak menyiapkan hewan ternak untuk dijadikan qurban. Jika menerawang lebih dulu kepada hasil akhir, ternyata qurban Habil-lah yang diterima sedangkan qurbannya Qabil tertolak.

Hal menarik dalam ayat ini adalah korelasi antara tekstual ayat dan realita sejarah Habil. Tekstualitas pada penghujung ayat ini berbicara tentang taqwa; "Sesungguhnya Allah hanya menerima (Qurban) dari orang-orang yang bertakwa". Kemudian realitas sejarah yang mengungkap qurban Habil yang diterima, sedangkan Qabil tertolak.

Dalam rangka berqurban, Qabil tidak memandang penting dalam hal memberikan kualitas terbaik untuk dia qurbankan. Qabil lebih memilih memutuskan produk pertanian yang terburuklah yang menjadi kandidat untuk di-qurbankan. Hasilnya: qurban Qabil ditolak.

Di sisi lain, Habil melakukan seleksi produk hasil peternakannya. Proses pengurutan (sorting) dari kualitas terburuk hingga terbaik dilakukan secara seksama. Kemudian pada tahap akhir, Habil menyerahkan hasil ternak dengan kualitas terbaik yang dia miliki untuk diqurbankan. Hasilnya: Qurban Habil diterima.

Berbekal kenyataan ini, ditemukan pemaknaan taqwa adalah sebagai implementasi dalam menjaga dan menjamin kualitas.

Muttaqien yang diartikan sebagai orang yang bertaqwa, yang dalam kasus ini qurbannya akan diterima, pada tataran implementasinya telah didemonstrasikan dengan seksama oleh Habil. Habil berhasil mengimplementasikan Manajemen Kualitas dalam tahapan proses dan hasil. Pada tahapan prosedur produksi dan sorting, Habil menjamin kualitas hewan ternaknya (Quality Assurance) dengan prosedur ketelitian dan kecermatan yang tinggi. Hingga pada seleksi produk di tahap akhir (Quality Control) memastikan hanya produk dengan kriteria kualitas tertentu saja yang layak untuk di-qurbankan.

Baca Juga: Jumlah Muslim di Inggris Naik 44% Dalam Satu Dekade
Baca Juga: Mari Berpetualang ke Karimunjawa, Cagar Biosfer Dunia

Pemaknaan taqwa dalam perspektif Quality Management

Pengelolaan Kualitas (Quality Management) dalam pandangan Quran memiliki makna yang sama dengan taqwa. Dari penjelasan ini kita sama-sama bisa menangkap 2 pemaknaan taqwa.

Pemaknaan pertama, taqwa berarti berfokus pada kualitas proses kerja. Tentunya dengan standardisasi yang telah ditetapkan lebih dahulu. Dalam ranah diniyah, ini semakna dalam syariat, hukum Allah.

Dalam ranah bisnis dan industri, hal ini semakna dengan sistem dan prosedur (yang telah terstandar kualitasnya). Dengan kata lain, orang taqwa selalu kembali kepada pedoman/ prosedur yang berlaku, dan berupaya sebaik mungkin melewati standardisasi kerja yang telah ditetapkan dalam pedoman/ prosedur tersebut. Singkatnya, taqwa dalam makna pertama ini adalah disiplin aturan/ disiplin prosedur.

Makna taqwa yang kedua adalah berfokus pada kualitas hasil/produk. Standardisasi produk merupakan hal kritis yang perlu dijaga dan dipenuhi sebagai output dari serangkaian proses kerja sebelumnya.

Setiap aspek kualitas akhir produk sangat dijaga dan diperhatikan, sehingga memperkecil peluang munculnya produk yang gagal. taqwa pada makna kedua ini memperkecil peluangnya untuk memberikan hasil kerja seadanya, ataupun hasil kerja yang asal jadi. Melainkan berpotensi untuk menghasilkan produk/ karya terbaik.

Demikian pemaknaan taqwa dalam perspektif Quality Management. Semoga kita semua dimampukan oleh Allah SWT agar menjadi generasi seperti Habil yang mampu menjamin proses terbaik (Quality Assurance) dan menghasilkan hasil kerja/ produk terbaik (Quality Control). Aamiin. ***


Penulis : Krisna Andita 

Editor: Annisa Sasa

Tags

Artikel Terkait

Terkini

8 Tips agar Weekend-mu Lebih Produktif, Yuk Dicoba!

Minggu, 26 Februari 2023 | 12:00 WIB

Ini Cara Menghadapi Lingkungan Kerja yang 'Toxic'

Selasa, 21 Februari 2023 | 12:30 WIB
X