ngaderes.com - Pernikahan bukanlah suatu hal yang menjanjikan setiap pasangan untuk selalu hidup senang. Pernikahan juga bukan perkara menjalani hidup dengan kesulitan terus-menerus. Dalam rumah tangga kerap terjadi gejolak, namun kewajiban dua insan yang terikat dalam hubungan pernikahan adalah menjaganya agar tetap harmonis.
Merawat pernikahan bukanlah hal rumit bila dibangun di atas pondasi iman dan Islam. Iman yang kokoh akan melahirkan keyakinan yang kuat pada Allah SWT. Bila setiap insan yang berada di dalam bahtera rumah tangga meyakini kebesaran Allah SWT, maka keimanannya akan menjadi penolong saat dilanda kesulitan.
Tidak benar menuntut kesempurnaan dari suami maupun istri, karena pada dasarnya manusia tidaklah ada yang sempurna (kesempurnaan hanya milik Allah SWT). Baik suami maupun istri pasti tidak luput dari yang namanya berbuat kesalahan.
Baca Juga: Dua Fly Over dan dan Underpass akan Bertambah di Kota Bandung
Oleh sebab itu, penting untuk memiliki rasa toleransi demi menghindari kesalahan, apalagi pasangan yang telah belajar berkomunikasi secara efektif menghapus sebagian besar tekanan perkawinan. Mereka tidak pernah meninggalkan cinta dan menghormati satu sama lain dalam konflik. Ini adalah kunci untuk tetap bahagia dalam pernikahan.
Pernikahan mulai tak henti-hentinya menjadi ketidakbahagiaan, ketika salah satu atau kedua pasangan melupakan fakta fundamental: pernikahan membuat dua orang menjadi mitra, bukan bagian dari satu sama lain yang harus dikendalikan dan dikuasai.
Baca Juga: Indonesia Selangkah Lagi Lolos ke Piala AFC U-17 2023, Usai Menang 2-0 Lawan Palestina
Saat kita telah menjalani pernikahan maka berusahalah untuk menjadi orang luar biasa yang memotivasi, mendorong, dan selalu membantu pasangan dalam menemukan dan menggunakan potensi juga sifat yang diberikan Allah untuk berkembang. Selain itu, jadilah sumber kemanfaatan dan kebahagiaan bagi sesama. Jangan hentikan pasangan dari bersikap baik.
Jika Anda bertanya kepada setiap pasangan bahagia yang berhasil melewati lima tahun pertama, mereka akan memberi tahu bahwa 'musuh besar' kebahagiaan dalam pernikahan adalah EGO.
Tidak ada pernikahan tanpa adanya konflik. Hanya saja cara mengelola konflik yang membedakan keharmonisan satu perkawinan dari yang lain. Dari semua cara untuk mengelola dan meminimalkan konflik perkawinan, cara yang paling tepat adalah tetap mengingat Allah.***
Penulis: Jurnalis, Dosen IAIN Ponorogo, Sofia Aini Abbas, M.Sos
Artikel Terkait
Filsafat Jodoh: Request Jodoh Sama Allah
Jemput Jodoh Dengan Memantaskan Diri
Lakukan 2 Hal Ini Dalam Proses Menjemput Jodoh, Kata Founder Saung Taaruf Ustadz Abu Zaki